Sabtu, 16 Maret 2013
Armagedon—Perang Allah yang Mengakhiri Segala Perang
”Bagi mereka,
membunuh sesama manusia adalah perbuatan biadab; karena itu, di mata mereka
perang adalah sesuatu yang tidak terbayangkan dan menjijikkan, yang tidak ada
dalam kamus mereka.”—GAMBARAN TENTANG ORANG INUIT DI GREENLAND MENURUT FRIDTJOF
NANSEN, PENJELAJAH NORWEGIA, PADA TAHUN 1888.
SIAPA yang tidak
senang hidup di tengah-tengah masyarakat yang menganggap perang itu ”tidak
terbayangkan dan menjijikkan”? Siapa yang tidak merindukan suatu dunia yang
bahkan tidak mempunyai kata untuk perang karena peperangan itu sendiri tidak
dikenal? Dunia semacam itu mungkin hanyalah impian, apalagi jika kita
mengandalkan manusia untuk mewujudkannya.
Namun, dalam
nubuat Yesaya, Allah sendiri berjanji akan mewujudkan suatu dunia seperti itu,
”Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak
mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan
bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi.”—Yesaya 2:4.
Jelaslah, dunia
yang kini memiliki 20 juta prajurit yang aktif bertugas dan sekitar 20 perang
yang sedang berkecamuk harus membuat perubahan yang drastis agar janji ini
dapat diwujudkan. Maka tidak heran, Allah yang mahakuasa, Yehuwa, akan turun
tangan dalam urusan manusia. Intervensi Yehuwa ini akan mencapai puncaknya pada
perang yang Alkitab sebut Armagedon.—Penyingkapan (Wahyu) 16:14, 16.
Meskipun kata
”Armagedon” pada tahun-tahun belakangan ini digunakan untuk memaksudkan
malapetaka nuklir sedunia, sebuah kamus menguraikan arti utama kata ini sebagai
berikut: ”Tempat terjadinya konflik besar dan terakhir antara kuasa kebaikan
dan kuasa kejahatan.” Apakah kebaikan akan mengalahkan kejahatan, atau apakah
pertempuran demikian hanya suatu fiksi?
Kita dapat
berbesar hati dengan memperhatikan bahwa Alkitab berulang kali mengatakan
tentang berakhirnya kefasikan. ”Orang-orang berdosa akan dilenyapkan dari
bumi,” demikian nubuat sang pemazmur. ”Mengenai orang-orang fasik, mereka tidak
akan ada lagi.” (Mazmur 104:35) ”Orang yang lurus hatilah yang akan berdiam di
bumi, dan orang yang tidak bercelalah yang akan disisakan di situ,” kata buku
Amsal. ”Sedangkan orang fasik, mereka akan dimusnahkan dari bumi; dan mengenai
pengkhianat, mereka akan direnggut dari situ.”—Amsal 2:21, 22.
Alkitab juga
menunjukkan dengan jelas bahwa orang fasik tidak akan menyerahkan kuasanya
dengan baik-baik; karena itu perlu tindakan tegas dari Allah untuk
menyingkirkan semua yang jahat, termasuk peperangan yang tercela. (Mazmur 2:2)
Nama yang diberikan Alkitab untuk konflik yang unik ini Armagedon, sangatlah
penting.
Pertempuran
Masa Lampau di Dekat
Megido
Kata ”Armagedon”
berarti ”Gunung Megido”. Kota kuno Megido, beserta Dataran Yizreel yang ada di
sekitarnya, memiliki sejarah panjang sebagai lokasi pertempuran-pertempuran
yang menentukan. ”Sepanjang sejarah, Megido dan Lembah Yizreel telah menjadi
ajang pertempuran yang menentukan jalannya peradaban,” tulis sejarawan Eric H.
Cline dalam bukunya The Battles of Armageddon.
Seperti yang
disebutkan oleh Cline, pertempuran yang terjadi dekat Megido sering kali
terbukti menentukan. Pasukan Mongol, yang menaklukkan sebagian besar Asia pada
abad ke-13, menderita kekalahan mereka yang pertama di lembah ini. Tidak jauh
dari Megido, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Edmund Allenby
mengalahkan orang Turki pada waktu perang dunia pertama. Seorang sejarawan
militer melukiskan kemenangan Allenby sebagai ”salah satu operasi militer yang
paling cepat dipertarungkan dan pertempuran yang paling telak sepanjang
sejarah”.
Alkitab juga
mencatat beberapa pertempuran yang menentukan di dekat Megido. Di sana, Hakim
Barak menaklukkan pasukan Sisera dari Kanaan. (Hakim 4:14-16; 5:19-21) Gideon,
dengan pasukan kecil yang terdiri dari 300 orang, mengalahkan bala tentara
Midian yang besar di sekitar lokasi itu. (Hakim 7:19-22) Tidak jauh dari situ,
Raja Saul dan putranya Yonatan tewas di Gunung Gilboa sewaktu pasukan Filistin
mengalahkan pasukan Israel.—1 Samuel 31:1-7.
Karena letak
geografisnya yang strategis, Megido dan lembah di sekitarnya telah menjadi
saksi bisu dari puluhan pertempuran dalam kurun waktu 4.000 tahun terakhir.
Seorang sejarawan menghitung sedikitnya telah terjadi 34 pertempuran!
Tak diragukan
lagi, sejarah Megido dan letaknya yang strategis berkaitan dengan penggunaan
kata ”Armagedon” secara kiasan. Meskipun kata itu hanya disebutkan satu kali
dalam Alkitab, pemunculannya dalam buku Penyingkapan dengan jelas
memperlihatkan bahwa Armagedon akan mempengaruhi kehidupan setiap orang di bumi
ini.
Armagedon
Menurut Alkitab
Meskipun di masa
lampau Megido telah menjadi ajang dari banyak pertempuran yang menentukan,
tidak satu pun di antaranya yang berhasil menyingkirkan kefasikan. Tidak ada
yang benar-benar merupakan pertarungan antara kuasa kebaikan dan kuasa
kejahatan, dalam arti mutlak. Logisnya, bentuk konflik seperti ini harus
berasal dari Allah. Seperti yang pernah Yesus katakan, ”tidak seorang pun yang
baik, kecuali satu, yakni Allah”. (Lukas 18:19) Selain itu, Alkitab secara
spesifik menyebut Armagedon sebagai perang Allah.
Dalam Alkitab,
buku Penyingkapan mengatakan bahwa ”raja-raja seluruh bumi yang berpenduduk”
akan dikumpulkan ”menuju perang pada hari besar Allah Yang Mahakuasa”.
(Penyingkapan 16:14) Kemudian, catatan nubuat itu menambahkan, ”Lalu mereka
mengumpulkan mereka ke tempat yang dalam bahasa Ibrani disebut Har–Magedon,”
atau Armagedon. (Penyingkapan 16:16) Kemudian, Penyingkapan menjelaskan bahwa
”raja-raja di bumi dan bala tentara mereka” akan ”berkumpul untuk berperang
melawan pribadi yang duduk di atas kuda itu dan bala tentaranya”. (Penyingkapan
19:19) Penunggang kuda itu tidak lain adalah Yesus Kristus.—1 Timotius 6:14,
15; Penyingkapan 19:11, 12, 16.
Apa yang dapat
kita simpulkan dari ayat-ayat di atas? Bahwa Armagedon adalah perang antara
Allah dan pasukan manusia yang tidak taat. Mengapa Yehuwa dan putra-Nya, Yesus
Kristus, akan melakukan perang seperti itu? Salah satu alasannya, Armagedon
akan ”membinasakan orang-orang yang sedang membinasakan bumi”. (Penyingkapan
11:18) Selain itu, perang tersebut akan menghasilkan dunia yang damai, suatu
”bumi baru yang kita nantikan sesuai dengan janji [Allah], tempat
”keadilbenaran akan tinggal”.—2 Petrus 3:13.
Mengapa
Armagedon Diperlukan?
Apakah sulit bagi
Anda untuk membayangkan bahwa Yehuwa, ”Allah kasih”, akan menugasi Putra-Nya,
”Pangeran Perdamaian”, untuk berperang? (2 Korintus 13:11; Yesaya 9:6) Jika
kita memahami motif mereka pastilah masalahnya akan jelas. Buku Mazmur
menggambarkan Yesus sebagai pejuang. Mengapa dia berperang? Kristus bertempur,
jelas pemazmur, ”demi kebenaran dan kerendahan hati dan keadilbenaran”. Ia
berperang karena ia mengasihi keadilbenaran dan membenci kefasikan.—Mazmur
45:4, 7.
Demikian pula,
Alkitab melukiskan bagaimana tanggapan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang Ia
saksikan di dunia dewasa ini. ”TUHAN telah melihatnya, dan Ia tidak senang
bahwa tak ada lagi keadilan,” tulis nabi Yesaya. ”Ia memakai keadilan dan
keselamatan sebagai baju besi dan topi baja. Ia bertekad untuk memulihkan
keadaan dan membalas ketidakadilan.”—Yesaya 59:15, 17, Bahasa Indonesia Masa Kini.
Selama orang fasik
berkuasa, orang adil-benar tidak akan menikmati kedamaian dan keamanan. (Amsal
29:2; Pengkhotbah 8:9) Secara realistis, mustahil kita dapat memisahkan
kebejatan dan kefasikan dari orang-orang yang mempraktekkannya. Jadi, demi
terciptanya perdamaian dan keadilan yang langgeng harus ada harga yang
dibayar—disingkirkannya semua orang fasik. ”Orang fasik adalah tebusan bagi
orang adil-benar,” tulis Salomo.—Amsal 21:18.
Karena Allah-lah
Hakimnya, kita dapat yakin bahwa dalam setiap kasus, penghakiman terhadap orang
fasik akan dijalankan dengan adil-benar. ”Apakah Hakim segenap bumi tidak akan
melakukan apa yang benar?” tanya Abraham. Akhirnya Abraham mengetahui
jawabannya, bahwa Yehuwa selalu benar! (Kejadian 18:25) Selanjutnya, Alkitab
meyakinkan kita bahwa Yehuwa tidak senang membinasakan orang fasik; Ia
melakukannya hanya sebagai pilihan terakhir.—Yehezkiel 18:32; 2 Petrus 3:9.
Menanggapi
Armagedon dengan Serius
Di pihak manakah
Anda akan berada dalam konflik yang menentukan ini? Kebanyakan dari kita secara
otomatis beranggapan bahwa kita tergabung dengan kuasa kebaikan. Tetapi,
bagaimana kita dapat yakin? ”Carilah keadilbenaran, carilah kelembutan hati,”
desak nabi Zefanya. (Zefanya 2:3) Menurut rasul Paulus, Allah menghendaki agar
”segala macam orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan yang saksama
tentang kebenaran”.—1 Timotius 2:4.
Mempelajari
kebenaran tentang Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya untuk menyingkirkan kefasikan
dari atas bumi ini adalah langkah pertama menuju keselamatan. Mempraktekkan
keadilbenaran adalah langkah kedua, yang menghasilkan perkenan dan perlindungan
Allah bagi kita.
Jika kita
mengambil langkah-langkah yang penting ini, sebenarnya kita tidak perlu takut
menghadapi Armagedon, karena itu adalah perang yang akan benar-benar mengakhiri
peperangan manusia. Setelah perang itu usai, orang di mana-mana akan memandang
perang sebagai sesuatu yang tidak terbayangkan dan menjijikkan. ”Mereka tidak akan
lagi belajar perang”.—Yesaya 2:4, Terjemahan Baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar