Rabu, 20 Maret 2013
Yesus Kristus
Definisi:
Putra Allah satu-satunya yang diperanakkan, satu-satunya Putra yang
diciptakan oleh Yehuwa sendiri. Putra ini adalah yang sulung dari semua
ciptaan. Melalui dia, semua hal lain di surga dan di bumi diciptakan. Ia adalah
pribadi terbesar kedua di alam semesta. Putra inilah yang Yehuwa utus ke bumi
untuk menyerahkan kehidupannya sebagai tebusan bagi umat manusia, dengan
demikian membuka jalan bagi keturunan Adam yang mau menaruh iman untuk
memperoleh hidup kekal. Putra yang sama ini, yang dipulihkan kepada kemuliaan
surgawi, kini memerintah sebagai Raja, dengan wewenang untuk membinasakan semua
yang fasik dan melaksanakan maksud-tujuan Bapaknya yang semula untuk bumi.
Bentuk bahasa Ibrani nama Yesus berarti ”Yehuwa Adalah
Keselamatan”; Kristus sama artinya dengan Ma·syi
′akh (Mesias) dalam bahasa Ibrani, yang berarti
”Yang Terurap”.
Apakah
Yesus Kristus benar-benar seorang tokoh sejarah?
Alkitab sendiri adalah bukti utama bahwa Yesus Kristus memang seorang
tokoh sejarah. Catatan dalam Injil bukan hanya suatu kisah yang samar-samar
tentang peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang tidak ditentukan dan di
tempat yang tidak disebutkan. Injil tersebut dengan jelas menyebutkan waktu dan
tempat dengan sangat terperinci. Misalnya, lihat Lukas 3:1, 2, 21-23.
Sejarawan Yahudi abad pertama, Yosefus, menyebut tentang dirajamnya
”Yakobus, saudara Yesus yang disebut Kristus”. (The Jewish Antiquities, Yosefus,
Buku XX, bag. 200) Buku XVIII, bagian 63, 64, yang secara
langsung menyebut tentang dan mendukung Yesus, mendapat tantangan dari orang
yang mengaku bahwa hal itu pasti telah ditambahkan belakangan atau dibumbui
oleh orang Kristen; tetapi diakui bahwa perbendaharaan kata dan gaya bahasanya
pada dasarnya adalah dari Yosefus, dan bagian itu muncul dalam semua manuskrip
yang ada.
Tacitus, seorang sejarawan Romawi yang hidup pada bagian akhir abad
pertama M, menulis, ”Kristus [bahasa Latin], akar dari nama [Kristen],
mengalami hukuman berat selama pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang
pembesar kami, Pontius Pilatus.”—The Complete Works of Tacitus (New
York, 1942), ”The Annals”, Buku 15, par. 44.
Mengenai referensi sejarah non-Kristen masa awal tentang Yesus, The New Encyclopœdia Britannica menyatakan,
”Kisah-kisah yang independen ini membuktikan bahwa pada zaman dahulu bahkan
para penentang Kekristenan tidak pernah meragukan bahwa Yesus benar-benar ada
dalam sejarah, yang telah diperdebatkan untuk pertama kali dan atas dasar-dasar
yang tidak cukup oleh beberapa pengarang pada akhir abad ke-18, selama abad ke-19,
dan pada awal abad ke-20.”—(1976), Macropædia, Jil. 10, hlm. 145.
Apakah
Yesus Kristus seorang pria yang baik saja?
Menarik sekali, Yesus mencela seorang pria yang menyapanya dengan gelar
”Guru Yang Baik”, karena Yesus mengakui bahwa bukan dia, melainkan Bapaknya,
yang menjadi standar kebaikan. (Mrk. 10:17, 18) Tetapi, untuk memenuhi apa
yang pada umumnya dimaksudkan orang-orang apabila mereka mengatakan bahwa
seseorang itu baik, Yesus pasti seorang yang jujur. Sebenarnya bahkan
musuh-musuhnya mengakui hal itu. (Mrk. 12:14) Ia sendiri mengatakan bahwa
sebelum menjadi manusia ia sudah ada, bahwa ia adalah Putra Allah yang unik,
bahwa ia adalah Mesias, pribadi yang kedatangannya telah dinubuatkan dalam
seluruh Kitab-Kitab Ibrani. Jadi, kemungkinannya ada dua, ia persis seperti
yang ia katakan atau ia seorang penipu besar, tetapi tidak berarti ia hanya
seorang pria yang baik.—Yoh. 3:13; 10:36; 4:25, 26; Luk. 24:44-48.
Apakah
Yesus hanya seorang nabi yang mempunyai kuasa yang sama seperti Musa, Buddha, Muhammad, dan pemimpin-pemimpin agama lain?
Yesus sendiri mengajarkan bahwa ia adalah Putra Allah yang unik (Yoh.
10:36; Mat. 16:15-17), Mesias yang dinubuatkan (Mrk. 14:61, 62), bahwa
sebelum menjadi manusia ia sudah ada di surga (Yoh. 6:38; 8:23, 58), bahwa
ia akan dibunuh dan kemudian dihidupkan kembali pada hari ketiga dan setelah
itu kembali ke surga. (Mat. 16:21; Yoh. 14:2, 3) Apakah
pernyataan-pernyataan ini benar, dan apakah dengan demikian ia benar-benar lain
dari semua nabi Allah yang sejati lainnya dan sangat berbeda dengan semua pemimpin
agama yang mengaku demikian? Kebenaran persoalannya akan nyata pada hari ketiga
setelah kematiannya. Apakah Allah pada waktu itu membangkitkan dia dari antara
orang mati, dengan demikian meneguhkan bahwa Yesus Kristus telah mengatakan
kebenaran dan benar-benar adalah Putra Allah yang unik? (Rm. 1:3, 4) Lebih
dari 500 saksi benar-benar melihat Yesus hidup setelah kebangkitannya, dan
rasul-rasulnya yang setia menjadi saksi mata ketika ia mulai naik kembali ke
surga dan kemudian lenyap dari pandangan mereka dalam awan. (1 Kor.
15:3-8; Kis. 1:2, 3, 9) Jadi, mereka benar-benar diyakinkan bahwa ia
telah dibangkitkan dari antara orang mati sehingga banyak di antara mereka
mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri untuk menceritakan hal itu kepada orang
lain.—Kis. 4:18-33.
Mengapa
orang Yahudi pada umumnya tidak menerima Yesus sebagai Mesias?
The Encyclopedia Judaica mengatakan, ”Orang
Yahudi pada zaman Romawi percaya [Mesias] akan dibangkitkan oleh Allah untuk
mematahkan kuk orang-orang kafir dan memerintah atas kerajaan Israel yang
dipulihkan.” (Yerusalem, 1971, Jil. 11, kol. 1407) Mereka ingin dibebaskan
dari kuk Romawi. Sejarah Yahudi membuktikan bahwa berdasarkan nubuat tentang
Mesias yang dicatat di Daniel 9:24-27 ada orang Yahudi yang menantikan Mesias
selama abad pertama M. (Luk. 3:15) Tetapi, nubuat itu juga menghubungkan
kedatangannya dengan ”menghabisi dosa”, dan Yesaya pasal 53 menyatakan bahwa
Mesias sendiri akan mati untuk memungkinkan hal ini. Tetapi, orang Yahudi pada
umumnya tidak merasakan perlunya seseorang mati demi dosa-dosa mereka. Mereka
percaya bahwa mereka mempunyai kedudukan yang adil-benar di hadapan Allah
karena mereka keturunan Abraham. A Rabbinic Anthology menyatakan,
”Begitu besar [jasa] Abraham sehingga ia dapat menebus semua kesia-siaan yang
dilakukan dan dusta yang diucapkan oleh Israel di dunia ini.” (London, 1938, C.
Montefiore dan H. Loewe, hlm. 676) Dengan menolak Yesus sebagai Mesias, orang
Yahudi menggenapi nubuat yang mengatakan tentang dia, ”Ia dihina, dan kita
tidak menghargainya.”—Yes. 53:3, JP.
Sebelum mati, Musa menubuatkan bahwa bangsa itu akan berpaling dari
ibadat sejati dan bahwa, sebagai akibatnya, mereka akan ditimpa malapetaka.
(Baca Ulangan 31:27-29) Buku Hakim-Hakim membuktikan bahwa hal ini terjadi
berulang kali. Pada zaman nabi Yeremia, bangsa ini telah dibuang ke Babilon
karena tidak setia. Mengapa Allah juga mengizinkan orang-orang Romawi
menghancurkan Yerusalem beserta baitnya pada tahun 70 M? Kesalahan apa telah
dilakukan bangsa ini dalam hal kesetiaan sehingga Allah tidak melindungi mereka
seperti yang telah Ia lakukan pada waktu mereka percaya kepada-Nya? Tidak lama
sebelum itu mereka telah menolak Yesus sebagai Mesias.
Apakah
Yesus Kristus benar-benar Allah?
Yoh. 17:3, TB: ”[Yesus berdoa kepada Bapaknya,] Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah
yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Perhatikan,
Yesus tidak menyebut dirinya, tetapi Bapaknya di surga sebagai ”satu-satunya
Allah yang benar”.)
Yoh. 20:17, TB: ”Kata Yesus kepadanya [Maria
Magdalena]: ’Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa,
tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa
sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan
Allahmu.’” (Jadi, bagi Yesus yang telah dibangkitkan, sang Bapak adalah Allah,
sama seperti Bapak adalah Allah bagi Maria Magdalena. Menarik sekali, kita
tidak pernah membaca dalam Alkitab bahwa Bapak menyapa Putra sebagai
”Allah-Ku”.)
Lihat juga hlm. 398, 403, 404, di bawah judul ”Tritunggal”.
Apakah
Yohanes 1:1 membuktikan bahwa Yesus adalah Allah?
Yoh 1:1, TB: ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah [juga TL, BIS].” NE berbunyi
”sebagaimana Allah itu, demikian pula Firman”. MO mengatakan
”Logos itu ilahi”. AT dan Sd memberi tahu
kita ”Firman itu ilahi”. Terjemahan interlinear (kata demi kata) ED ialah
”suatu allah itulah Firman”. NW bunyinya ”Firman itu adalah
suatu allah”. NTIV menggunakan kata-kata yang sama.
Apa yang diperhatikan para penerjemah ini dalam teks Yunani sehingga
beberapa di antara mereka tergerak untuk tidak mengatakan ”Firman itu adalah
Allah”? Kata sandang tertentu (bahasa Inggris, the) muncul di depan
kata the
·os′ (Allah) yang pertama, tetapi tidak di depan
yang kedua. Susunan kata benda itu, yaitu jika didahului kata sandang, menunjuk
kepada identitas, kepribadian, sedangkan sebuah kata benda sebutan (predikat)
tanpa kata sandang di depannya (seperti susunan kalimat itu dalam bahasa Yunani)
menunjuk kepada sifat seseorang. Jadi, ayat itu tidak mengatakan bahwa Firman
(Yesus) sama dengan Allah yang adabersamanya tetapi, sebaliknya,
bahwa Firman itu seperti allah, ilahi, suatu allah. (Lihat edisi Referensi NW 1984,
hlm. 1579.)
Apa yang dimaksud rasul Yohanes ketika ia menulis Yohanes 1:1? Apakah ia
memaksudkan bahwa Yesus sendiri adalah Allah atau mungkin bahwa Yesus adalah
satu Allah dengan Bapak? Dalam pasal yang sama, ayat 18, Yohanes menulis,
”Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah
[”satu-satunya allah yang diperanakkan”, NW], yang ada di pangkuan
Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (TB) Apakah ada manusia yang pernah
melihat Yesus Kristus, sang Putra? Tentu! Jadi, apakah Yohanes mengatakan bahwa
Yesus adalah Allah? Tentu tidak. Menjelang penutup Injilnya, Yohanes merangkum
persoalannya, dengan mengatakan, ”Semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, [bukan Allah, tetapi] Anak
Allah.”—Yoh. 20:31, TB.
Apakah
seruan Tomas di Yohanes 20:28 membuktikan bahwa Yesus benar-benar Allah?
Yoh. 20:28 (TB) berbunyi, ”Tomas menjawab Dia: ’Ya Tuhanku dan
Allahku!’”
Tidak ada keberatan untuk menyebut Yesus sebagai ”Allah” jika ini yang
ada dalam pikiran Tomas. Hal itu selaras dengan kutipan Yesus sendiri dari
Mazmur yang menyebut orang-orang yang berkuasa, hakim-hakim, sebagai ”allah”.
(Yoh. 10:34, 35, TB; Mz. 82:1-6) Memang, Kristus mempunyai
kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada orang-orang tersebut. Karena keunikan
kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa, di Yohanes 1:18 (NW) Yesus
disebut sebagai ”satu-satunya allah yang diperanakkan”. (Lihat juga Ro, By.)
Yesaya 9:5 (TB) secara nubuat juga menggambarkan Yesus sebagai ”Allah
yang Perkasa”, tetapi bukan sebagai Allah yang Mahakuasa. Ini semua selaras
dengan fakta bahwa Yesus digambarkan sebagai ”suatu allah”, atau ”ilahi”, di
Yohanes 1:1 (NW, AT).
Ikatan kalimatnya membantu kita menarik kesimpulan yang benar dari
peristiwa ini. Tidak lama sebelum Yesus mati, Tomas mendengar bahwa dalam
doanya Yesus menyapa Bapaknya sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”. (Yoh.
17:3, TB) Setelah Yesus dibangkitkan, ia mengirim berita kepada
rasul-rasulnya, termasuk Tomas, dengan mengatakan, ”Sekarang Aku akan pergi
. . . kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yoh. 20:17, TB)
Setelah mencatat apa yang dikatakan Tomas ketika ia benar-benar melihat dan
menyentuh Kristus yang dibangkitkan, rasul Yohanes mengatakan, ”Semua yang
tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias,
Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh.
20:31, TB) Jadi, jika seseorang menyimpulkan dari seruan Tomas
bahwa Yesus sendiri adalah ”satu-satunya Allah yang benar” atau bahwa Yesus
adalah ”Allah Putra” dalam Tritunggal, ia perlu melihat kembali kepada apa yang
dikatakan Yesus sendiri (ay. 17) dan kepada kesimpulan yang jelas dinyatakan
oleh rasul Yohanes (ay. 31).
Apakah
Matius 1:23 menunjukkan bahwa ketika Yesus berada di bumi ia adalah Allah?
Mat. 1:23, TB: ”’Sesungguhnya, anak dara itu akan
mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel’—yang berarti: Allah menyertai kita.”
Ketika mengumumkan kelahiran Yesus yang akan datang, apakah malaikat
Yehuwa mengatakan bahwa anak itu kelak adalah Allah sendiri? Tidak,
pengumumannya berbunyi, ”Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi.” (Luk. 1:32, 35, TB; cetak miring
ditambahkan.) Dan Yesus sendiri tidak pernah mengaku sebagai Allah tetapi,
sebaliknya, ”Anak Allah.” (Yoh. 10:36, TB; cetak
miring ditambahkan.) Yesus diutus ke dunia oleh Allah; jadi, melalui
satu-satunya Putra yang diperanakkan ini, Allah ada bersama umat manusia.—Yoh.
3:17; 17:8.
Bukan hal yang aneh untuk menyisipkan di antara nama-nama Ibrani kata
untuk Allah atau bahkan suatu singkatan dari nama pribadi Allah. Misalnya,
Eliata berarti ”Allah Telah Datang”; Yehu berarti ”Yehuwa Adalah Dia”; Elia
berarti ”Allahku Adalah Yehuwa”. Tetapi tidak satu pun dari nama-nama ini
menyatakan bahwa pemiliknya sendiri adalah Allah.
Apa
artinya Yohanes 5:18?
Yoh. 5:18, TB: ”Sebab itu orang-orang Yahudi lebih
berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat,
tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan
demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.”
Orang Yahudi yang tidak percaya itulah yang berpendapat bahwa Yesus
berusaha menjadikan dirinya sama seperti Allah dengan menyatakan Allah sebagai
Bapaknya. Meskipun dengan benar menyebut Allah sebagai Bapaknya, Yesus tidak
pernah mengaku sama dengan Allah. Dengan terus terang ia menjawab orang Yahudi,
”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.” (Yoh. 5:19, TB; lihat
juga Yohanes 14:28; Yohanes 10:36.) Orang Yahudi yang tidak percaya itu jugalah
yang menyatakan bahwa Yesus melanggar Sabat, tetapi mereka juga salah mengenai
hal itu. Yesus menaati Hukum dengan sempurna, dan ia menyatakan, ”Boleh berbuat
baik pada hari Sabat.”—Mat. 12:10-12, TB.
Apakah
fakta bahwa Yesus disembah membuktikan bahwa ia adalah Allah?
Di Ibrani 1:6 (TB), para malaikat diperintahkan ”menyembah”
Yesus. Dalam NW bunyinya, ’sujud kepada’. Dalam Matius 14:33 (TB),
murid-murid Yesus dikatakan ”menyembah” dia; terjemahan-terjemahan lain
mengatakan bahwa mereka ”menunjukkan hormat kepadanya” (NAB),
”membungkuk di hadapannya” (JB), ”menjatuhkan diri di kakinya” (NE),
”sujud kepadanya” (NW).
Kata Yunani yang diterjemahkan ”menyembah” ialah pro
·sky·ne′o, yang menurut A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature juga
”digunakan untuk menyatakan kebiasaan bersujud di hadapan seseorang dan mencium
kakinya, keliman jubahnya, tanah”. (Chicago, 1979, Bauer, Arndt, Gingrich,
Danker; edisi Inggris yang kedua; hlm. 716) Inilah ungkapan yang digunakan
dalam Matius 14:33 untuk menyatakan apa yang dilakukan murid-murid itu di depan
Yesus; di Ibrani 1:6 untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan para malaikat
kepada Yesus; di Kejadian 22:5 dalam Septuaginta Yunani dan BIS untuk
menggambarkan apa yang Abraham lakukan kepada Yehuwa dan di Kejadian 23:7 untuk
melukiskan apa yang dilakukan Abraham, sesuai dengan kebiasaan pada zaman itu,
di depan orang yang mengadakan bisnis dengannya; di 1 Raja 1:23 dalam Septuaginta untuk
menggambarkan tindakan nabi Natan ketika mendekati Raja Daud.
Di Matius 4:10 (TB), Yesus mengatakan, ”Engkau harus menyembah
[dari pro
·sky·ne′o] Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!” (Di Ulangan 6:13, yang jelas dikutip Yesus di sini, nama
pribadi Allah, Tetragramaton, muncul.) Sesuai dengan itu, kita harus mengerti
bahwa ini adalah pro·sky·ne′o dengan sikap hati dan pikiran
tertentu yang harus ditujukan hanya kepada Allah.
Apakah
mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus membuktikan bahwa ia adalah Allah?
Kis. 10:34, 38, TB: ”Petrus berbicara, katanya:
’. . . tentang Yesus dari Nazaret: . . . Allah mengurapi
Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia . . . berjalan berkeliling
sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab
Allah menyertai Dia.’” (Jadi, Petrus tidak menyimpulkan dari mukjizat-mukjizat
yang ia lihat bahwa Yesus adalah Allah tetapi, sebaliknya, bahwa Allah menyertai Yesus.
Bandingkan Matius 16:16, 17.)
Yoh. 20:30, 31, TB: ”Masih banyak tanda
[”mukjizat-mukjizat”, TEV, Kx] lain yang dibuat Yesus
di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi
semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah
Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
nama-Nya.” (Jadi, kesimpulan yang seharusnya kita ambil dari mukjizat-mukjizat
ini ialah bahwa Yesus adalah Kristus, ”Mesias”, ”Anak Allah”. Ungkapan ”Anak
Allah” sangat berbeda dengan ”Allah Anak”.)
Nabi-nabi pra-Kristen seperti Elia dan Elisa mengadakan
mukjizat-mukjizat yang sama seperti yang dilakukan Yesus. Namun, hal itu bukan
bukti bahwa mereka adalah Allah.
Apakah
Yesus sama dengan Yehuwa dalam ”Perjanjian Lama”?
Lihat hlm. 425, 426, di bawah judul utama ”Yehuwa”.
Apakah
percaya kepada Yesus Kristus sudah cukup untuk mendapat keselamatan?
Kis. 16:30-32, TB: ”’Tuan-tuan, apakah yang harus aku
perbuat, supaya aku selamat?’ Jawab mereka [Paulus dan Silas]: ’Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’
Lalu mereka memberitakan firman Tuhan [”Allah”, NAB, juga
catatan kaki dalam JB dan NE; ”berita dari
Allah”, AT] kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.”
(Apakah ’percaya kepada Tuhan Yesus Kristus’ hanya soal mengatakan dengan
sungguh-sungguh bahwa seseorang percaya? Paulus menunjukkan bahwa lebih banyak
yang dituntut—yaitu, pengetahuan dan menerima Firman Allah, seperti yang pada
waktu itu mulai diberitakan oleh Paulus dan Silas kepada kepala penjara. Apakah
seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus jika ia tidak menyembah Allah
yang disembah Yesus, jika ia tidak menerapkan apa yang Yesus ajarkan tentang
bagaimana seharusnya murid-muridnya, atau jika ia tidak melakukan pekerjaan
yang Yesus perintahkan kepada para pengikutnya? Kita tidak dapat memperoleh upah keselamatan;
ini hanya mungkin atas dasar iman akan nilai korban kehidupan manusia Yesus.
Tetapi, kehidupan kita harus selaras dengan iman yang kita akui, meskipun hal
itu mungkin berarti mengalami kesukaran. Di Matius 10:22 (TB) Yesus
mengatakan, ”Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”)
Apakah
Yesus sudah hidup di surga sebelum ia menjadi manusia?
Kol. 1:15-17, TB: ”Ia [Yesus] adalah gambar Allah yang
tidak kelihatan, yang sulung . . . dari segala yang diciptakan,
. . . segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada
terlebih dahulu dari segala sesuatu.”
Yoh. 17:5, TB: ”[Dalam doa Yesus mengatakan:] Bapa, permuliakanlah
Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia
ada.” (Juga Yohanes 8:23)
Apakah
tubuh jasmani Yesus ada di surga?
1 Kor. 15:42-50, TB: ”Demikianlah pula halnya
dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam
ketidakbinasaan. . . . Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang
dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. . . . Seperti ada tertulis: ’Manusia
pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir [Yesus
Kristus, yang adalah manusia sempurna seperti Adam pada awalnya] menjadi roh yang
menghidupkan. . . . Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan
kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”
(Cetak miring ditambahkan.)
1 Ptr. 3:18, TB: ”Juga Kristus telah mati sekali
untuk segala dosa kita, . . . telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai
manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh [”di dalam
roh”, TL].” (Lihat halaman 156.)
Perumpamaan:
Jika seseorang membayar utang untuk temannya tetapi kemudian langsung
mengambil kembali uang itu, jelas utang tersebut tetap ada. Demikian pula,
seandainya, ketika Yesus dibangkitkan, ia mengambil kembali tubuh manusianya
berupa darah dan daging, yang telah diberikan sebagai korban untuk membayar
harga tebusan, apa pengaruhnya atas persediaan yang ia buat untuk membebaskan
orang-orang yang setia dari utang dosa?
Memang, Yesus muncul dalam tubuh jasmani di hadapan murid-muridnya
setelah ia dibangkitkan. Tetapi pada kesempatan-kesempatan tertentu, mengapa
mereka mula-mula tidak mengenali dia? (Luk. 24:15-32; Yoh. 20:14-16) Pada suatu
kesempatan, demi kefaedahan Tomas, Yesus muncul dengan bukti-bukti jasmani
berupa bekas-bekas paku pada kedua tangannya dan luka bekas tikaman pada
lambungnya. Tetapi, bagaimana mungkin ketika itu ia tiba-tiba muncul di
tengah-tengah mereka meskipun pintu-pintu terkunci? (Yoh. 20:26, 27) Yesus
jelas menjelma pada kesempatan-kesempatan tersebut, seperti yang dilakukan
malaikat-malaikat pada zaman dahulu sewaktu muncul di hadapan manusia.
Meniadakan tubuh jasmani Yesus pada waktu ia dibangkitkan bukan suatu problem bagi
Allah. Menarik sekali, meskipun tubuh jasmaninya tidak ditinggalkan Allah dalam
kuburan (jelas untuk menguatkan keyakinan murid-murid bahwa Yesus benar-benar
telah dibangkitkan), kain-kain kafan yang dipakai untuk membungkusnya
tertinggal di sana; tetapi Yesus yang dibangkitkan selalu muncul dengan pakaian
lengkap.—Yoh. 20:6, 7.
Apakah
Yesus Kristus pribadi yang sama dengan Mikhael, sang penghulu malaikat?
Nama Mikhael hanya muncul lima kali dalam Alkitab. Pribadi roh yang
mulia yang memakai nama ini disebut sebagai ”salah seorang dari
pemimpin-pemimpin terkemuka”, ”pemimpin besar itu, yang akan mendampingi
anak-anak bangsamu [bangsa Daniel]”, dan sebagai ”penghulu malaikat”. (Dan.
10:13; 12:1; Yud. 9, TB) Mikhael berarti ”Siapa Seperti Allah?”
Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang mengambil pimpinan dalam
menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.
Di 1 Tesalonika 4:16 (TB) perintah Yesus Kristus tentang
mulainya kebangkitan digambarkan sebagai ’seruan penghulu malaikat’, dan Yudas
9 mengatakan bahwa penghulu malaikat ialah Mikhael. Apakah patut untuk
menyamakan perintah Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah
kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa Mikhael sang penghulu malaikat ialah Yesus
Kristus. (Menarik sekali, ungkapan ”penghulu malaikat” tidak pernah dalam
bentuk jamak dalam Alkitab, sehingga menunjukkan bahwa hanya ada satu.)
Penyingkapan 12:7-12 mengatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya
akan berperang melawan Setan dan mencampakkan dia beserta malaikat-malaikatnya
yang fasik dari surga sehubungan dengan pemindahan kekuasaan sebagai raja
kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan memimpin bala tentara surgawi
dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia. (Pny. 19:11-16) Tidakkah masuk
akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan mengambil tindakan melawan oknum yang
ia gambarkan sebagai ”penguasa dunia ini”, Setan si Iblis? (Yoh. 12:31, TB)
Daniel 12:1 (TB) menghubungkan ’munculnya Mikhael’ yang akan bertindak
dengan penuh kuasa, dengan ”suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang
belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu”. Hal itu
tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika Kristus sebagai pelaksana
surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi, bukti menunjukkan bahwa Putra
Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum ia datang ke bumi dan juga dikenal dengan
nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra rohani Allah
yang dimuliakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar