Jumat, 15 Maret 2013
SETAN
[Penentang].
Di banyak ayat dalam Kitab-Kitab
Ibrani, kata sa·tan
′ muncul tanpa kata sandang tentu. Dalam pemunculan
pertamanya, kata tersebut digunakan untuk malaikat yang berdiri di jalan guna melawan Bileam sewaktu ia pergi dengan tujuan mengutuk orang Israel. (Bil
22:22, 32) Dalam pemunculan lain, yang dimaksudkan adalah orang-orang yang
melawan atau menentang orang lain. (1Sam 29:4; 2Sam 19:21, 22; 1Raj 5:4;
11:14, 23, 25) Namun, kata itu digunakan dengan kata sandang tentu ha untuk memaksudkan Setan si Iblis, Musuh utama Allah. (Ayb 1:6, Rbi8, ctk.; 2:1-7; Za 3:1, 2) Dalam Kitab-Kitab Yunani, kata sa·ta·nas′ digunakan untuk Setan si Iblis dalam hampir semua pemunculannya dan
biasanya disertai kata sandang tentu ho.
Asal
Usul. Tulisan-Tulisan Kudus memperlihatkan bahwa makhluk
yang dikenal sebagai Setan tidak dari dahulu menyandang nama itu. Sebaliknya,
nama deskriptif itu diberikan kepadanya karena ia mengambil haluan menentang
dan melawan Allah. Nama yang ia miliki sebelumnya tidak disebutkan. Allah
adalah satu-satunya Pencipta, dan ’kegiatan-Nya sempurna’, tanpa ketidakadilan
atau ketidakadilbenaran. (Ul 32:4) Karena itu, sewaktu diciptakan Allah,
pribadi yang menjadi Setan adalah makhluk yang sempurna dan adil-benar. Ia
adalah pribadi roh, karena ia muncul di surga, di hadirat Allah. (Ayb
psl. 1, 2; Pny 12:9) Mengenai dia, Yesus Kristus mengatakan, ”Dia
adalah pembunuh manusia sejak semula, dan dia tidak berdiri kukuh dalam
kebenaran, karena kebenaran tidak ada dalam dirinya.” (Yoh 8:44; 1Yoh 3:8) Di
ayat itu Yesus memperlihatkan bahwa Setan pernah berada dalam kebenaran, tetapi
telah meninggalkan kebenaran. Sejak tindakan nyatanya yang pertama ketika
memalingkan Adam dan Hawa dari Allah, ia adalah pembunuh manusia, karena ia
mengakibatkan kematian atas Adam dan Hawa, yang selanjutnya, mendatangkan dosa
dan kematian kepada keturunan mereka. (Rm 5:12) Dalam seluruh Tulisan-Tulisan
Kudus, sifat dan tindakan yang dihubungkan dengan dirinya hanya dapat dikaitkan
dengan suatu pribadi, bukan dengan suatu prinsip kejahatan yang abstrak.
Jelaslah bahwa orang-orang Yahudi, dan Yesus serta murid-muridnya, tahu bahwa
Setan ada sebagai suatu pribadi.
Jadi, walaupun memiliki permulaan
yang adil-benar dan sempurna, pribadi roh ini menyimpang kepada dosa dan
kemerosotan. Proses terjadinya hal itu diuraikan Yakobus ketika ia menulis,
”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri.
Kemudian apabila keinginan itu telah menjadi subur, ia akan melahirkan dosa;
selanjutnya apabila dosa telah terlaksana, ia akan menghasilkan kematian.” (Yak
1:14, 15) Haluan yang diambil Setan dalam beberapa hal tampaknya sama
dengan haluan raja Tirus sebagaimana diuraikan di Yehezkiel 28:11-19.—Lihat
SEMPURNA, KESEMPURNAAN (Pedosa pertama dan raja Tirus).
Oleh karena itu, catatan Alkitab
membuat jelas bahwa Setan itulah yang berbicara melalui ular sebagai medium,
menggoda Hawa untuk tidak taat kepada perintah Allah. Selanjutnya, Hawa
mempengaruhi Adam untuk mengambil haluan pemberontakan yang sama. (Kej 3:1-7;
2Kor 11:3) Karena Setan menggunakan ular, Alkitab memberi Setan gelar ”Ular”,
yang akhirnya berarti ”penipu”; ia juga menjadi ”Penggoda itu” (Mat 4:3) serta
pendusta, ”bapak dusta”.—Yoh 8:44; Pny 12:9.
Sengketa
Kedaulatan Timbul. Ketika Setan menghampiri Hawa (melalui kata-kata si ular), ia sebenarnya
menantang keabsahan dan keadilbenaran kedaulatan Yehuwa. Ia menyiratkan bahwa
Allah secara tidak benar menahan sesuatu dari wanita itu; ia juga menyatakan
bahwa Allah berdusta ketika mengatakan bahwa wanita itu akan mati jika dia
memakan buah yang terlarang. Selain itu, Setan membuat dia percaya bahwa dia
akan bebas dan independen dari Allah serta menjadi seperti Allah. Dengan cara
itu, makhluk roh yang fasik tersebut mengangkat dirinya lebih tinggi daripada
Allah di mata Hawa, dan Setan menjadi allahnya, meskipun pada waktu itu Hawa
tampaknya tidak mengetahui identitas pribadi yang menyesatkan dia. Melalui
tindakannya ia membawa pria dan wanita ke bawah kepemimpinan dan kendalinya, membuat
dirinya sebagai allah saingan yang menentang Yehuwa.—Kej 3:1-7.
Sewaktu memberikan pandangan
sekilas tentang keadaan di surga, Alkitab menyingkapkan bahwa Setan, sebagai
allah saingan, belakangan menghadap Yehuwa di surga, menantang Yehuwa di hadapan
muka-Nya dengan mengatakan bahwa ia dapat memalingkan hamba Allah, Ayub, dan
secara tidak langsung setiap hamba Allah, sehingga menjauhi Dia. Pada dasarnya
ia menuduh bahwa Allah secara tidak adil-benar memberi Ayub segala sesuatu,
disertai perlindungan penuh, sehingga ia, Setan, tidak dapat menguji Ayub dan
memperlihatkan apa yang sebenarnya ada dalam hatinya yang, menurut Setan,
adalah buruk. Ia menyiratkan bahwa Ayub melayani Allah terutama karena
pertimbangan yang mementingkan diri. Setan membuat jelas pokok argumennya ini
ketika ia berkata, ”Kulit ganti kulit, segala sesuatu yang dimiliki orang akan
ia berikan ganti jiwanya. Kali ini, ulurkanlah kiranya tanganmu, sentuhlah
sampai ke tulangnya dan dagingnya dan lihatlah apakah ia tidak akan mengutuki engkau
di mukamu.”—Ayb 1:6-12; 2:1-7; lihat KEDAULATAN.
Dalam kasus khusus ini, Yehuwa
membiarkan Setan mendatangkan malapetaka atas Ayub dengan tidak turun tangan
sewaktu Setan menyebabkan para penyamun, orang Syeba, melakukan penyergapan dan
juga menyebabkan kawanan ternak sekaligus para gembalanya dimusnahkan oleh apa
yang disebut utusan Ayub sebagai ”api dari Allah” dari langit; apakah hal itu
berupa kilat atau api lain tidak disebutkan. Setan juga menyebabkan tiga
kelompok orang Khaldea melakukan penyerbuan, serta timbulnya badai angin. Semua
hal tersebut mengakibatkan kematian semua anak Ayub dan membinasakan harta
miliknya. Akhirnya, Setan menimpakan penyakit yang sangat menjijikkan atas Ayub
sendiri.—Ayb 1:13-19; 2:7, 8.
Semua hal itu menyingkapkan
kekuatan dan kuasa makhluk roh Setan, dan juga sikapnya yang ganas dan haus
darah.
Akan tetapi, yang penting untuk
diperhatikan adalah bahwa Setan menyadari ketidakberdayaannya terhadap perintah
Allah yang tegas, sebab ia tidak menantang kuasa dan wewenang Allah sewaktu
Allah membatasinya untuk tidak mengambil kehidupan Ayub.—Ayb 2:6.
Terus
Melawan Allah. Dengan menantang Allah dan menuduh hamba-hamba Allah tidak mempunyai
integritas, Setan bertindak selaras dengan gelarnya ”Iblis”, yang artinya ”Pemfitnah”,
yaitu gelar yang patut diterimanya karena telah memfitnah Allah Yehuwa di
taman Eden.
Hantu-hantu
fasik lainnya bergabung. Sebelum Air Bah pada zaman Nuh,
tampaknya malaikat-malaikat Allah lainnya meninggalkan tempat kediaman mereka
yang sepatutnya di surga, dan juga kedudukan yang ditetapkan atas mereka di
sana. Setelah menjelma dalam tubuh manusia, mereka tinggal di bumi, mengawini
wanita-wanita dan menghasilkan keturunan yang disebut Nefilim. (Kej 6:1-4; 1Ptr
3:19, 20; 2Ptr 2:4; Yud 6; lihat NEFILIM; PUTRA[-PUTRA] ALLAH.)
Malaikat-malaikat tersebut telah meninggalkan dinas kepada Allah sehingga
berada di bawah kendali Setan. Maka Setan disebut ”penguasa hantu-hantu”. Pada
suatu peristiwa, sewaktu Yesus mengusir hantu-hantu dari seorang pria, orang-orang
Farisi menuduhnya melakukan hal tersebut dengan kuasa ”Beelzebul, penguasa
hantu-hantu”. Yang mereka maksudkan adalah Setan dan hal ini nyata dari jawaban
Yesus, ”Jika Setan mengusir Setan, ia menjadi terbagi dan saling
berlawanan.”—Mat 12:22-27.
Rasul Paulus menghubungkan Setan
dengan ”kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi”, dan ia menyebut
mereka sebagai ”para penguasa dunia dari kegelapan ini”. (Ef 6:11, 12)
Sebagai kuasa pengendali di alam yang tidak kelihatan persis di sekeliling
bumi, Setan adalah ”penguasa dari wewenang udara”. (Ef 2:2) Dalam buku
Penyingkapan, ia diperlihatkan sebagai pribadi yang ”sedang menyesatkan seluruh
bumi yang berpenduduk”. (Pny 12:9) Rasul Yohanes mengatakan bahwa ”seluruh
dunia berada dalam kuasa si fasik”. (1Yoh 5:19) Dengan demikian, dialah
”penguasa dunia ini”. (Yoh 12:31) Karena itulah Yakobus menulis bahwa
”persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah”.—Yak 4:4.
Perjuangannya
untuk Membinasakan sang ’Benih’. Sejak awal Setan berupaya menggagalkan janji
tentang ’benih’ yang akan datang melalui Abraham. (Kej 12:7) Ia tampaknya
mencoba membuat Sara tercemar sehingga tidak pantas untuk melahirkan sang
benih; tetapi Allah melindunginya. (Kej 20:1-18) Ia berbuat sebisa-bisanya
untuk membinasakan orang-orang yang Allah pilih sebagai benih Abraham, yaitu
bangsa Israel, dengan menyebabkan mereka berdosa dan dengan mendatangkan
bangsa-bangsa lain untuk melawan mereka, sebagaimana diperlihatkan dalam
seluruh sejarah Alkitab. Peristiwa penting dalam upaya ambisius Setan untuk
memerangi Allah, dan apa yang tampaknya suatu keberhasilan bagi Setan, adalah
sewaktu raja Kuasa Dunia Ketiga dalam sejarah Alkitab, Babilon, mencaplok
Yerusalem, menggulingkan pemerintahan Raja Zedekia yang berasal dari garis
keturunan Daud, dan menghancurkan bait Yehuwa, menelantarkan Yerusalem dan
Yehuda.—Yeh 21:25-27.
Sebagai alat Setan, dinasti
Babilon yang memerintah, yang pada mulanya dipimpin oleh Nebukhadnezar, menahan
Israel dalam pembuangan selama 68 tahun, sampai Babilon digulingkan. Babilon
tidak pernah berniat membebaskan tawanannya dan dengan demikian mencerminkan
upaya-upaya yang sombong serta ambisius dari Setan sendiri sebagai allah
saingan yang menentang Penguasa Universal, Yehuwa. Raja-raja Babilonia, yang
menyembah ilah berhala mereka, yakni Marduk, dewi Istar, dan masih banyak yang
lain, sebenarnya adalah penyembah hantu-hantu dan, sebagai bagian dari dunia
yang terpisah dari Yehuwa, berada di bawah kekuasaan Setan.—Mz 96:5; 1Kor 10:20;
Ef 2:12; Kol 1:21.
Setan membuat raja Babilon
berambisi untuk memegang kekuasaan penuh atas bumi, bahkan atas ”takhta Yehuwa”
(1Taw 29:23) dan ”bintang-bintang Allah”, yaitu raja-raja dalam garis keturunan
Daud yang duduk di atas takhta di G. Moria (dalam pengertian yang lebih
luas, Zion). ”Raja” ini, yakni dinasti Babilon, ’mengangkat dirinya’ di dalam
hatinya sendiri, dan di matanya serta di mata para pengagumnya ia adalah ”yang
bersinar”, ”putra fajar”. (Dalam beberapa terjemahan, istilah ”Lusifer” dari Vulgata Latin dipertahankan. Akan tetapi, istilah tersebut hanyalah terjemahan
dari kata Ibrani heh·lel
′, ”yang bersinar”. Heh·lel′ bukanlah nama atau gelar,
melainkan istilah yang menggambarkan sikap sombong dinasti raja-raja Babilon
dari garis keturunan Nebukhadnezar.) (Yes 14:4-21) Mengingat Babilon adalah
alat Setan, ’rajanya’ mencerminkan hasrat ambisius Setan sendiri. Sekali lagi,
Yehuwa datang menyelamatkan umat-Nya dengan memulihkan mereka ke negeri mereka,
sampai Benih perjanjian yang sebenarnya datang.—Ezr 1:1-6.
Upaya-upaya
untuk menyebabkan Yesus tersandung. Karena tentu mengetahui bahwa Yesus adalah Putra
Allah dan pribadi yang dinubuatkan akan meremukkan kepalanya (Kej 3:15), Setan
berbuat sebisa-bisanya untuk membinasakan Yesus. Namun, sewaktu mengumumkan
kepada Maria bahwa dia akan mengandung Yesus, malaikat Gabriel memberi tahu
dia, ”Roh kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungi
engkau. Oleh karena itu, juga apa yang dilahirkan akan disebut kudus, Putra
Allah.” (Luk 1:35) Yehuwa melindungi Putra-Nya. Upaya-upaya untuk membinasakan
Yesus sewaktu masih kecil tidak berhasil. (Mat 2:1-15) Allah terus melindungi
Yesus semasa mudanya. Setelah pembaptisan Yesus, Setan menghampirinya di padang
belantara dengan tiga godaan berat untuk mengujinya secara habis-habisan dalam
sengketa pengabdian kepada Yehuwa. Dalam salah satu godaannya Setan
memperlihatkan kepada Yesus semua kerajaan dunia, dan mengaku bahwa semua itu
adalah miliknya. Yesus tidak membantah pengakuannya itu. Meskipun demikian,
Yesus menolak untuk memikirkan, bahkan untuk sekejap saja, ”jalan pintas” apa
pun untuk mendapatkan kekuasaan sebagai raja, ia juga tidak mempertimbangkan
sejenak untuk melakukan sesuatu semata-mata demi menyenangkan dirinya.
Jawabannya yang langsung kepada Setan adalah, ”Pergilah, Setan! Karena ada tertulis,
’Yehuwa, Allahmu, yang harus engkau sembah, dan kepada dia saja engkau harus
memberikan dinas suci.’” Setelah itu, ”Iblis . . . undur dari dia
sampai kesempatan lain yang tepat”. (Mat 4:1-11; Luk 4:13) Hal itu
mengilustrasikan kebenaran kata-kata Yakobus yang ditulis belakangan, ”Lawanlah
Iblis, dan ia akan lari darimu.”—Yak 4:7.
Yesus selalu waspada akan siasat
licik Setan dan akan fakta bahwa Setan ingin agar ia binasa dengan mencoba
untuk membuatnya memikirkan gagasan yang bertentangan dengan kehendak Yehuwa.
Hal itu dipertunjukkan sewaktu Petrus, pada suatu peristiwa, meskipun dengan
niat baik, sebenarnya sedang memberikan godaan kepada Yesus. Sebelumnya, Yesus
telah berbicara tentang penderitaan dan kematian yang bakal ia alami. ”Lalu
Petrus membawanya ke samping dan menghardik dia, dengan mengatakan,
’Berbaik-hatilah terhadap dirimu sendiri, Tuan; engkau sama sekali tidak akan
mendapat nasib demikian.’ Tetapi, sambil membalikkan diri, ia mengatakan kepada
Petrus, ’Pergilah ke belakangku, Setan! Engkau adalah balok sandungan
bagiku, karena engkau memikirkan, bukan pikiran Allah, melainkan pikiran
manusia.’”—Mat 16:21-23.
Selama pelayanannya Yesus selalu
terancam bahaya; Setan memperalat manusia untuk menentang Yesus, berupaya untuk
menyebabkannya tersandung atau membunuhnya. Sekali peristiwa, orang-orang
hampir membawa Yesus dengan paksa untuk menjadikannya raja. Tetapi ia tidak mau
mempertimbangkan hal semacam itu; ia mau menerima kekuasaan sebagai raja hanya
pada waktu dan dengan cara yang Allah tentukan. (Yoh 6:15) Pada peristiwa lain,
orang-orang dari kampung halamannya berupaya membunuh dia. (Luk 4:22-30) Ia
terus diganggu oleh orang-orang yang Setan gunakan untuk mencoba menjebaknya.
(Mat 22:15) Tetapi dalam semua upayanya, Setan tidak berhasil membuat Yesus
melakukan dosa terkecil apa pun dalam pikiran atau perbuatan. Setan benar-benar
terbukti sebagai pendusta, dan ia gagal sehubungan dengan tantangan atas
kedaulatan Allah dan integritas para hamba Allah. Sebagaimana yang Yesus
katakan, tidak lama sebelum kematiannya, ”Sekarang ada penghakiman atas dunia
ini; sekarang penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar”—sama sekali
direndahkan. (Yoh 12:31) Setan mencengkeram seluruh umat manusia dengan dosa.
Namun, karena tahu bahwa Setan tidak lama lagi akan menyebabkan kematiannya,
setelah merayakan Paskah-nya yang terakhir dengan murid-muridnya, Yesus dapat
mengatakan, ”Penguasa dunia ini datang. Dan ia tidak berkuasa atas diriku.”—Yoh 14:30.
Beberapa jam kemudian, Setan
berhasil menyebabkan Yesus dihukum mati, mula-mula dengan menguasai salah
seorang rasul Yesus, kemudian menggunakan para pemimpin Yahudi dan Kuasa Dunia
Romawi untuk mengeksekusi Yesus dengan cara yang menyakitkan dan memalukan.
(Luk 22:3; Yoh 13:26, 27; psl. 18, 19) Di sini Setan bertindak
sebagai ”pribadi yang mempunyai sarana penyebab kematian, yaitu si Iblis”. (Ibr
2:14; Luk 22:53) Tetapi dalam hal ini Setan gagal mencapai tujuannya; ia mau
tidak mau hanya menggenapi nubuat, yang menyatakan bahwa Yesus harus mati
sebagai korban. Kematian Yesus dalam keadaan tidak bercela menyediakan harga
tebusan bagi umat manusia, dan dengan kematiannya (disusul dengan kebangkitan
oleh Allah) Yesus kini dapat membantu umat manusia yang berdosa untuk lolos
dari cengkeraman Setan, sebab, sebagaimana tertulis, Yesus menjadi darah dan
daging ”agar melalui kematiannya ia dapat meniadakan pribadi yang mempunyai
sarana penyebab kematian, yaitu si Iblis; dan agar ia dapat memerdekakan semua
orang yang oleh karena takut akan kematian, berada dalam perbudakan sepanjang
kehidupan mereka”.—Ibr 2:14, 15.
Terus
memerangi orang Kristen. Setelah kematian dan kebangkitan
Yesus, Setan terus dengan sengit memerangi para pengikut Kristus. Catatan dalam
buku Kisah dan surat-surat dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen menyediakan banyak
sekali bukti tentang hal itu. Paulus mengatakan bahwa ia telah diberi ”duri
dalam daging, yaitu malaikat dari Setan untuk terus menampar” dirinya. (2Kor
12:7) Dan, seperti halnya dalam kasus Hawa, Setan menyamarkan sifat dan
tujuannya yang sebenarnya dengan ”mengubah dirinya menjadi malaikat terang”,
dan ia mempunyai kaki tangan, pelayan-pelayan yang ”juga terus mengubah diri
mereka menjadi pelayan-pelayan keadilbenaran”. (2Kor 11:14, 15) Beberapa
contohnya ialah para rasul palsu yang memerangi Paulus (2Kor 11:13) dan
orang-orang di Smirna ”yang mengatakan bahwa mereka adalah orang Yahudi padahal
bukan, melainkan sinagoga Setan”. (Pny 2:9) Setan tidak pernah berhenti menuduh
orang-orang Kristen ”siang dan malam”, menantang integritas mereka, seperti ia
menantang integritas Ayub. (Pny 12:10; Luk 22:31) Tetapi orang Kristen
mempunyai ”penolong di hadapan Bapak, yaitu Yesus Kristus, pribadi yang
adil-benar”, yang menghadap pribadi Allah untuk kepentingan mereka.—1Yoh 2:1.
Pelemparan
ke dalam Jurang yang Tidak Terduga Dalamnya dan Pembinasaan Akhir. Pada waktu Setan membuat Hawa dan kemudian Adam memberontak terhadap
Allah, Allah berfirman kepada si ular (sebenarnya kepada Setan, mengingat
binatang semata tidak dapat mengerti sengketa yang tersangkut), ”Debulah yang
akan kaumakan sepanjang hari-hari kehidupanmu. Dan aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan wanita itu dan antara benihmu dan benihnya. Ia
akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej
3:14, 15) Di ayat ini Allah memberi tahu bahwa Setan, yang dikeluarkan
dari organisasi kudus Allah, tidak akan memiliki harapan untuk hidup tetapi,
seolah-olah, akan ’makan debu’ sampai ia mati. ’Benih’ itu akhirnya akan
meremukkan kepalanya, yang artinya mengakibatkan luka yang memautkan. Ketika
Kristus berada di bumi, hantu-hantu mengidentifikasinya sebagai Pribadi yang
akan mencampakkan mereka ke dalam ”jurang yang tidak terduga dalamnya”, yang
rupanya adalah keadaan terkungkung dan disebut sebagai ’penyiksaan’ dalam kisah
paralelnya.—Mat 8:29; Luk 8:30, 31; lihat SIKSA, MENYIKSA.
Dalam buku Penyingkapan, kita
melihat uraian tentang hari-hari terakhir Setan dan kesudahannya. Penyingkapan
melaporkan bahwa pada waktu Kristus mengambil kuasa Kerajaan, Setan dicampakkan
dari surga ke bumi, tidak dapat lagi pergi ke surga, sebagaimana yang dahulu ia
lakukan pada zaman Ayub dan selama berabad-abad setelah itu. (Pny 12:7-12)
Setelah kekalahan itu ’waktu Setan tinggal sedikit’, dan selama waktu itu ia
akan memerangi ”orang-orang yang masih tersisa dari antara benih [wanita], yang
menjalankan perintah-perintah Allah dan mempunyai pekerjaan memberikan
kesaksian tentang Yesus”. Karena upayanya untuk melahap orang-orang yang masih
tersisa dari antara benih wanita itu, ia disebut ”naga”, penelan atau
penghancur. (Pny 12:16, 17; bdk. Yer 51:34, ketika Yeremia berbicara
demi Yerusalem dan Yehuda, dengan mengatakan, ”Nebukhadrezar, raja Babilon,
. . . telah menelan aku bagaikan ular yang besar [atau, ”naga”, Rbi8, ctk.].”) Dalam uraian awal tentang peperangannya melawan sang
wanita dan upayanya untuk melahap putranya, ia digambarkan sebagai ”seekor naga
besar berwarna merah menyala”.—Pny 12:3.
Penyingkapan pasal 20 menguraikan
saat manakala Setan diikat dan dilemparkan ke dalam jurang yang tidak terduga
dalamnya selama seribu tahun oleh malaikat yang berkuasa—pastilah Yesus
Kristus, yang memiliki kunci jurang yang tidak terduga dalamnya dan yang adalah
’benih’ yang akan meremukkan kepala Setan.—Bdk. Pny 1:18; lihat
JURANG YANG TIDAK TERDUGA DALAMNYA.
Upaya terakhir Setan memuncak
dalam kekalahan yang permanen. Nubuat itu mengatakan bahwa ia akan dilepaskan
untuk ”waktu yang singkat” segera setelah berakhirnya Pemerintahan Seribu Tahun
Kristus dan bahwa ia akan memimpin pribadi-pribadi yang suka memberontak dalam
serangan lain atas kedaulatan Allah; tetapi ia dicampakkan (bersama
hantu-hantunya) ke dalam danau api dan belerang, kebinasaan abadi.—Pny 20:1-3,
7-10; bdk. Mat 25:41; lihat DANAU API.
Apa
yang dimaksud dengan ’menyerahkan seseorang kepada Setan supaya daging itu binasa’?
Dalam instruksinya kepada sidang
di Korintus tentang caranya menindak seorang anggota sidang yang berbuat fasik,
yang melakukan inses dengan istri bapaknya, rasul Paulus menulis, ’Serahkan
orang tersebut kepada Setan supaya daging itu binasa.’ (1Kor 5:5) Yang Paulus
maksudkan adalah perintah untuk mengusir pria tersebut dari sidang dan
memutuskan semua pergaulan dengannya. (1Kor 5:13) Dengan menyerahkannya kepada
Setan berarti ia dikeluarkan dari sidang dan masuk ke dalam dunia yang allah
dan penguasanya adalah Setan. Seperti ”sedikit ragi” dalam ”seluruh adonan”,
orang ini adalah ”daging”, atau elemen bersifat daging di dalam sidang; dan
dengan menyingkirkan pria yang melakukan hubungan inses itu, sidang yang
berpikiran rohani ini akan membinasakan ”daging” dari tengah-tengah mereka.
(1Kor 5:6, 7) Demikian pula, Paulus menyerahkan Himeneus dan Aleksander
kepada Setan, karena mereka telah mengesampingkan iman dan hati nurani yang
baik sehingga iman mereka binasa bagaikan kapal yang karam.—1Tim 1:20.
Belakangan, pria yang melakukan
inses di Korintus tampaknya bertobat dari perbuatan salahnya dan membersihkan
dirinya sehingga rasul Paulus terdorong untuk merekomendasikan agar dia
diterima kembali ke dalam sidang. Ia mendesak mereka untuk mengampuninya dan ia
memberikan salah satu alasannya, ”agar kita tidak dikalahkan oleh Setan, sebab
kita bukannya tidak mengetahui siasatnya”. (2Kor 2:11) Pada peristiwa pertama,
Setan telah membawa sidang ke dalam keadaan yang buruk sehingga mereka harus
ditegur oleh sang rasul, sebab mereka terlalu lunak dan bahkan telah membiarkan
pria yang fasik itu meneruskan prakteknya tanpa memikirkan celaan yang
ditimbulkan, menjadi ”besar kepala” dengan membiarkan hal itu. (1Kor 5:2)
Namun, di pihak lain, apabila mereka kemudian beralih ke ekstrem lainnya dan
menolak mengampuni orang yang bertobat itu, Setan akan mengalahkan mereka
dengan cara lain, yakni ia dapat memanfaatkan sikap mereka yang menjadi keras
dan tidak pengampun. Melalui Firman Allah, orang-orang Kristen diterangi untuk
menyadari keberadaan Setan, kuasanya, rancangan serta tujuannya, dan cara dia
beroperasi, sehingga mereka dapat memerangi musuh rohani tersebut dengan
persenjataan rohani yang Allah sediakan.—Ef 6:13-17.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar