Rabu, 26 Desember 2012

Nilai Sesungguhnya dari Darah

 
”Komunitas global memiliki sumber kehidupan yang sama: darah. Darah adalah daya kehidupan dalam setiap manusia, tidak soal warna kulit, ras, atau agamanya.”—Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
TIDAK diragukan, kutipan tersebut ada benarnya. Darah sangat penting untuk kehidupan semua manusia. Darah adalah sumber daya yang berharga. Namun, apakah Anda yakin bahwa berbagi cairan itu di antara manusia untuk tujuan medis merupakan langkah yang aman dan bijaksana?
Seperti yang telah kita ketahui, standar keamanan di seluruh dunia sangat beragam, dan pengobatan dengan darah lebih berisiko daripada perkiraan banyak orang. Selain itu, penggunaan darah oleh para dokter sangat beragam, bergantung pada pendidikan, keterampilan, dan sudut pandang mereka. Namun, banyak yang semakin berhati-hati dalam mentransfusikan darah. Sudah banyak dan semakin banyak dokter yang memilih perawatan medis yang menghindari penggunaan darah.
Jadi, kembali ke pertanyaan yang diajukan di artikel pertama seri ini. Mengapa sebenarnya darah begitu berharga? Jika penggunaan darah secara medis semakin dipertanyakan, adakah tujuan lain yang dipenuhi oleh darah?
Pencipta Kita dan Darah
Dahulu pada zaman Nuh, nenek moyang semua manusia, Allah menetapkan sebuah hukum yang patut diperhatikan. Meskipun mengizinkan manusia makan daging binatang, Ia melarang mereka makan darah. (Kejadian 9:4) Ia juga memberi mereka alasannya, menyamakan darah dengan jiwa, atau kehidupan, makhluk. Ia belakangan mengatakan, ”Jiwa [atau kehidupan] ada di dalam darahnya.” Di mata Pencipta, darah itu suci. Darah melambangkan karunia berharga berupa kehidupan yang dimiliki setiap jiwa yang hidup. Berulang kali Allah menyebutkan kembali prinsip ini.—Imamat 3:17; 17:10, 11, 14; Ulangan 12:16, 23.
Tak lama setelah Kekristenan berdiri kira-kira 2.000 tahun yang lalu, para penganutnya diberi perintah ilahi agar”menjauhkan diri dari . . . darah”. Larangan ini didasarkan bukan atas kepedulian akan kesehatan, melainkan kesucian darah. (Kisah 15:19, 20, 29) Ada yang menyanggah bahwa pembatasan dari Allah ini hanya berlaku untuk makan darah, tetapi kata ”menjauhkan diri” sudah jelas. Jika seorang dokter menyuruh kita menjauhkan diri dari alkohol, kita tentu tidak merasa boleh menyuntikkannya ke dalam pembuluh darah kita.
Alkitab menjelaskan lebih lanjut mengapa darah itu begitu suci. Darah Yesus Kristus yang dicurahkan, yang melambangkan kehidupan manusia yang ia berikan demi umat manusia, adalah kunci untuk harapan Kristen. Itu berarti pengampunan dosa dan harapan kehidupan abadi. Sewaktu seorang Kristen menjauhkan diri dari darah, ia sebenarnya menyatakan imannya bahwa hanya darah Yesus Kristus yang dicurahkan yang dapat benar-benar menebusnya dan menyelamatkan kehidupannya.—Efesus 1:7.
Saksi-Saksi Yehuwa dikenal mencamkan perintah Alkitab ini. Mereka menolak semua transfusi dengan darah utuh atau keempat komponen utama darah—sel darah merah, plasma, sel darah putih, dan keping darah. Mengenai beragam fraksi yang diambil dari komponen-komponen itu—dan produk yang mengandung fraksi tersebut—Alkitab tidak berkomentar. Jadi, setiap Saksi membuat keputusan sendiri tentang hal-hal tersebut. Apakah pendirian berdasarkan Alkitab ini membuat Saksi-Saksi menolak pengobatan medis atau menganggap sepele kesehatan serta kehidupan mereka? Sama sekali tidak!—Lihat kotak ”Saksi-Saksi Yehuwa dan Kesehatan”.
Pada tahun-tahun belakangan ini, banyak dokter telah mengakui bahwa Saksi-Saksi mendapat manfaat medis karena berpaut pada standar Alkitab. Misalnya, seorang ahli bedah tulang-belakang angkat suara mendukung alternatif transfusi darah. Ia berkata, ”Itu benar-benar langkah yang paling aman, bukan saja bagi Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi juga bagi setiap orang.”
Keputusan serius soal kesehatan sering kali sulit dibuat dan dapat menimbulkan stres yang hebat. Mengenai kebiasaan memberikan transfusi darah, perhatikan kata-kata spesialis paru dan direktur rumah sakit, dr. Dave Williams, ”Kita perlu merespek keinginan orang, . . . dan kita perlu sangat berhati-hati dengan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita”. Kata-kata itu memang benar—dan terlebih lagi dewasa ini.
[Kotak/Gambar di hlm. 11]
Apa Pengangkut Oksigen Berbahan Dasar Hemoglobin Itu?
  Dalam setiap sel darah merah terdapat kira-kira 300 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin volumenya kira-kira sepertiga volume sel darah merah dewasa. Setiap molekul mengandung globin protein dan sebuah pigmen yang disebut heme—yang mencakup sebuah atom besi. Sewaktu sebutir sel darah merah melewati paru, molekul oksigen menembus sel dan mengikatkan diri pada molekul hemoglobin. Beberapa detik kemudian, oksigen itu dikeluarkan ke jaringan tubuh, sehingga menunjang kehidupan sel.
  Beberapa produsen obat kini memproses hemoglobin, mengeluarkannya dari sel darah merah manusia atau sapi. Hemoglobin yang sudah diekstrak itu kemudian disaring untuk menyingkirkan kotoran, dimodifikasi dan dimurnikan secara kimia, dicampur dengan cairan tertentu, lalu dikemas. Produk akhirnya—belum disahkan penggunaannya di kebanyakan negeri—disebut pengangkut oksigen berbahan dasar hemoglobin (hemoglobin-based oxygen carrier), atau HBOC. Karena heme menyebabkan darah berwarna merah, unit HBOC tampak mirip dengan unit sel darah merah, komponen utama yang menjadi sumbernya.
  Tidak seperti sel darah merah, yang harus didinginkan dan dibuang setelah beberapa minggu, HBOC dapat disimpan pada suhu ruangan dan digunakan berbulan-bulan kemudian. Dan, karena membran sel dengan antigennya yang unik sudah tidak ada, reaksi hebat akibat salah golongan darah bukan ancaman lagi. Namun, dibandingkan dengan fraksi darah lainnya, HBOC menghadirkan tantangan yang lebih besar bagi orang Kristen yang mengikuti hati nuraninya dan berupaya menaati hukum Allah tentang darah. Mengapa? Mengingat HBOC diambil dari darah, ada dua keberatan yang bisa timbul. Pertama, HBOC menjalankan fungsi penting komponen utama darah, sel darah merah. Kedua, hemoglobin, yang menjadi sumber HBOC, merupakan bagian besar dari komponen utama darah. Mengenai produk ini dan produk serupa, orang Kristen menghadapi keputusan yang sangat serius. Mereka harus dengan sungguh-sungguh, sambil berdoa, merenungkan prinsip Alkitab tentang kesucian darah. Disertai hasrat yang kuat untuk mempertahankan hubungan baik dengan Yehuwa, setiap orang harus dibimbing oleh hati nuraninya yang dilatih Alkitab.—Galatia 6:5.
[Gambar]
MOLEKUL HEMOGLOBIN
[Kotak/Gambar di hlm. 12]
Pilihan yang Menarik
  ”Semakin banyak rumah sakit yang menawarkan alternatif: pembedahan ’nondarah’,” lapor The Wall Street Journal. ”Praktek ini, yang semula dikembangkan untuk mengakomodasi Saksi-Saksi Yehuwa,” kata jurnal itu, ”telah menjadi populer, dan banyak rumah sakit mempromosikan program pembedahan nondarah mereka kepada masyarakat.” Rumah sakit di seputar dunia mendapati sejumlah manfaat, khususnya bagi pasien, sewaktu menerapkan strategi yang mengurangi transfusi darah. Saat ini, ribuan dokter mengobati pasien tanpa menggunakan transfusi.
[Kotak/Gambar di hlm. 12]
Saksi-Saksi Yehuwa dan Kesehatan
  Di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa, beberapa di antaranya adalah dokter dan perawat, dikenal karena menolak transfusi darah utuh atau komponen utama darah. Apakah pendirian mereka yang seragam untuk menolak praktek ini berasal dari doktrin buatan manusia atau kepercayaan bahwa iman dapat menyembuhkan penyakit medis? Itu sama sekali tidak benar.
  Karena menghargai kehidupan sebagai karunia dari Allah, Saksi-Saksi berupaya sebisa-bisanya untuk hidup selaras dengan Alkitab, yang mereka yakini ”diilhamkan Allah”. (2 Timotius 3:16, 17; Penyingkapan 4:11) Buku itu menganjurkan para penyembah Allah untuk menghindari praktek dan kebiasaan yang membahayakan kesehatan atau mengancam kehidupan, seperti makan berlebihan, merokok atau makan sirih, mabuk-mabukan, dan menggunakan narkoba untuk bersenang-senang.—Amsal 23:20; 2 Korintus 7:1.
  Dengan menjaga kebersihan jasmani dan lingkungan serta sedikit berolahraga untuk alasan kesehatan, mereka bertindak selaras dengan prinsip Alkitab. (Matius 7:12; 1 Timotius 4:8) Sewaktu sakit, Saksi-Saksi Yehuwa bersikap masuk akal dengan mencari pengobatan medis dan menerima beragam pilihan perawatan yang ada. (Filipi 4:5) Memang, mereka menaati perintah Alkitab agar ”tetap menjauhkan diri dari . . . darah”, berupaya keras mendapatkan penanganan medis tanpa darah. (Kisah 15:29) Dan, pilihan ini sering kali menghasilkan perawatan yang lebih bermutu.


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar