Jumat, 15 Februari 2013

Neraka--Apakah memang ada ???

“Neraka”—Apakah
Memang Ada?

JUTAAN orang diajar oleh agama mereka bahwa “neraka” adalah suatu tempat siksaan kekal, dan bahwa orang-orang jahat pergi ke sana. Menurut Encyclopædia Britannica, “Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa neraka . . . ada untuk selama-lamanya; penderitaan di dalamnya tidak akan berakhir.” Ajaran Katolik ini, kata ensiklopedi itu selanjutnya, “masih dipertahankan oleh banyak kelompok Protestan yang konservatif.” Agama Hindu, Budha dan Islam juga mengajarkan bahwa neraka adalah suatu tempat siksaan. Tidak heran mengapa orang-orang yang diajar mengenai hal ini sering mengatakan bahwa jika neraka itu tempat yang sedemikian buruknya, mereka tidak ingin membicarakannya.

2
Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah Allah Yang Mahakuasa menciptakan tempat siksaan demikian? Bagaimana pandangan Allah ketika orang-orang Israel, yang mengikuti contoh orang-orang yang hidup di dekat mereka, mulai membakar anak-anak mereka dalam api? Ia menjelaskan dalam firman-Nya: “Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu.”—Yeremia 7:31.

3
Pertimbangkan hal ini. Jika gagasan memanggang manusia dalam api tidak pernah timbul dalam hati Allah, apakah kedengarannya masuk akal bahwa Ia menciptakan suatu neraka yang bernyala-nyala bagi orang-orang yang tidak melayani Dia? Alkitab mengatakan “Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Apakah suatu Allah yang pengasih benar-benar akan menyiksa manusia untuk selama-lamanya? Apakah saudara mau melakukan hal itu? Karena mengetahui adanya kasih Allah, kita seharusnya tergerak untuk menyelidiki firman-Nya apakah “neraka” benar-benar ada sebagai tempat siksaan kekal.

SHEOL
DAN HADES

4
Dalam menyebutkan tempat yang dituju oleh umat manusia pada waktu ia mati, Alkitab memakai kata “Sheol” dalam Kitab-Kitab Ibrani dan “Hades” dalam Kitab-Kitab Yunani. Kata-kata ini memaksudkan hal yang sama dan ini diperlihatkan dalam Mazmur 16:10 dan Kisah 2:31, yang dapat saudara lihat di halaman berikut. Perhatikan bahwa dalam mengutip Mazmur 16:10 di mana Sheol muncul, Kisah 2:31 menggunakan kata Hades. Beberapa orang mengatakan bahwa Hades adalah tempat siksaan kekal. Akan tetapi, perhatikan, Kristus Yesus pernah berada di Hades. Apakah kita akan mempercayai bahwa Allah menyiksa Kristus dalam suatu “neraka” yang bernyala-nyala? Tentu tidak! Pada waktu mati, Yesus hanya menuju ke kubur.

5
Kejadian 37:35 menceritakan tentang Yakub, yang berkabung karena Yusuf, putra yang dikasihinya yang ia sangka telah dibunuh. Alkitab mengatakan tentang Yakub: “Ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati [“Sheol,” NW]!’” Sekarang, coba pikirkan. Apakah Sheol itu suatu tempat siksaan? Apakah Yakub percaya bahwa putranya, Yusuf, pergi ke tempat demikian untuk selama-lamanya, dan apakah ia ingin ke sana menjumpai anaknya? Atau, bukankah Yakub hanya berpikir bahwa putra yang dikasihinya telah mati dan berada dalam kubur, dan bahwa Yakub sendiri ingin mati?

6
Ya, orang-orang baik pergi ke Sheol. Misalnya, renungkan tentang Ayub yang dikenal kesetiaannya dan ketulusan hatinya kepada Allah. Ketika ia sangat menderita, ia meminta agar Allah membantunya. Doanya dicatat dalam Ayub 14:13: “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati [“Sheol,” NW], . . . dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!” Coba pikirkan: Jika Sheol suatu tempat siksaan dan bernyala-nyala dengan api, apakah Ayub ingin pergi ke sana dan tinggal di sana sampai Allah mengingatnya? Jelas, Ayub ingin mati dan pergi ke kubur agar penderitaannya dapat berakhir.

7
Dalam Alkitab, di semua ayat di mana Sheol muncul, tempat itu tidak pernah dihubungkan dengan kehidupan, kegiatan atau siksaan. Sebaliknya, sering dihubungkan dengan kematian dan ketidakaktifan. Misalnya, pikirkan tentang Pengkhotbah 9:10, yang berbunyi: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati [“Sheol,” NW], ke mana engkau akan pergi.” Jadi jawabannya menjadi sangat jelas. Sheol dan Hades tidak memaksudkan suatu tempat siksaan melainkan kuburan umum umat manusia. (Mazmur 139:8) Orang-orang baik maupun jahat pergi ke Sheol, atau Hades.

KELUAR
DARI NERAKA

8
Apakah manusia dapat keluar dari Sheol (Hades)? Perhatikan peristiwa Yunus. Ketika Allah menyebabkan seekor ikan besar menelan Yunus untuk melindunginya agar tidak tenggelam, Yunus berdoa dari dalam perut ikan itu: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN [Yehuwa], dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati [“Sheol,” NW; “neraka,” AV] aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.”—Yunus 2:2.

9
Apa yang Yunus maksudkan dengan “dari tengah-tengah Sheol”? Perut ikan pastilah bukan tempat siksaan yang berapi. Akan tetapi, tempat itu dapat menjadi kuburan Yunus. Sebenarnya, Kristus Yesus mengatakan tentang dirinya: “Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”—Matius 12:40.

10
Yesus mati dan berada dalam kuburan selama tiga hari. Akan tetapi, Alkitab melaporkan: “Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati [“Hades,” NW; “neraka,” AV], . . . Yesus inilah yang dibangkitkan Allah.” (Kisah 2:31, 32) Demikian pula, dengan petunjuk Allah, Yunus dibangkitkan dari Sheol, yaitu dari apa yang dapat menjadi kuburannya. Ini terjadi ketika ikan itu memuntahkan dia ke luar ke tanah kering. Ya, manusia dapat keluar dari Sheol! Sebenarnya, janji yang mengharukan yang diberikan dalam Wahyu 20:13 adalah bahwa “maut dan kerajaan maut [“Hades,” NW; “neraka,” AV] menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.” Betapa bedanya ajaran Alkitab berkenaan keadaan orang mati dibanding dengan apa yang diajarkan oleh banyak agama!

GEHENNA
DAN LAUTAN API

11
Namun demikian, beberapa orang mungkin membantah, dan mengatakan: ‘Alkitab memang berbicara tentang neraka yang menyala-nyala dan lautan api. Bukankah ini membuktikan bahwa ada suatu tempat siksaan?’ Memang, beberapa terjemahan Alkitab, seperti King James Version (AV), menyebut tentang “neraka yang menyala-nyala” dan tentang “dicampakkan ke dalam neraka, ke dalam api yang tidak akan padam.” (Matius 5:22; Markus 9:45, AV) Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen kata Gehenna terdapat 12 kali, dan Alkitab King James Version selalu menerjemahkannya dengan kata “neraka.” Apakah Gehenna memang suatu tempat siksaan yang berapi, sedangkan Hades hanya berarti kuburan?

12
Jelas bahwa kata Ibrani “Sheol” dan kata Yunani “Hades” memang berarti kuburan. Maka, apa artinya Gehenna? Dalam Alkitab Ibrani, Gehenna tak lain dari “lembah Ben-Hinom.” Ingat, Hinom ialah nama sebuah lembah di luar tembok-tembok Yerusalem. Di tempat itulah orang-orang Israel mengorbankan anak-anak mereka dalam api. Pada waktunya, Raja Yosia yang baik membuat tempat ini menjadi tidak cocok untuk digunakan bagi praktik yang begitu mengerikan. (2 Raja 23:10) Tempat ini diubah menjadi tempat sampah yang sangat besar.

13
Jadi sewaktu Yesus berada di bumi Gehenna adalah tempat sampah dari Yerusalem. Api dibiarkan menyala di sana dengan menambah belerang untuk membakar habis sampahnya. Smith’s Dictionary of the Bible, Jilid 1, menjelaskan: “Tempat itu menjadi tempat sampah kota, tempat pembuangan mayat penjahat-penjahat, dan bangkai binatang-binatang, dan segala macam kotoran.” Akan tetapi, makhluk hidup sama sekali tidak dilemparkan ke sana.

14
Karena mengenal tempat sampah dari kota mereka, penduduk Yerusalem mengerti apa yang Yesus maksudkan ketika ia mengatakan kepada para pemimpin agama yang jahat: “Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka [“Gehenna,” NW]?” (Matius 23:33) Yesus jelas tidak memaksudkan bahwa para pemimpin agama itu akan disiksa. Ketika orang-orang Israel membakar anak-anak mereka hidup-hidup dalam lembah itu, Allah berkata bahwa perkara yang begitu mengerikan tidak pernah timbul dalam hati-Nya! Maka jelas bahwa Yesus menggunakan Gehenna sebagai lambang yang cocok untuk kebinasaan total dan bersifat kekal. Ia memaksudkan bahwa para pemimpin agama yang jahat itu tidak layak dibangkitkan. Orang-orang yang mendengarkan Yesus dapat mengerti bahwa orang-orang yang pergi ke Gehenna, sama seperti sampah yang begitu banyak, akan dibinasakan untuk selama-lamanya.

15
Kalau begitu, apa yang dimaksudkan dengan “lautan api” yang disebut di Alkitab dalam buku Wahyu? Kata itu mempunyai arti yang sama dengan Gehenna. Kata itu tidak berarti siksaan dalam keadaan sadar melainkan kematian atau kebinasaan kekal. Perhatikan bagaimana Alkitab sendiri mengatakan hal itu dalam Wahyu 20:14: “Lalu maut dan kerajaan maut [“Hades,” NW] itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.” Ya, lautan api berarti “kematian kedua.” Dari dalam kematian ini tidak ada kebangkitan. Tak dapat disangkal bahwa “lautan” ini adalah lambang, karena maut dan kerajaan maut [Hades] dilemparkan ke dalamnya. Kematian dan kerajaan maut tidak dapat dibakar secara aksara. Akan tetapi, hal-hal itu dapat, dan akan dilenyapkan, atau dimusnahkan.

16
‘Akan tetapi, Alkitab mengatakan bahwa Setan akan disiksa untuk selama-lamanya dalam lautan api,’ mungkin seseorang berkata. (Wahyu 20:10) Apa artinya hal ini? Ketika Yesus berada di bumi, penjaga penjara kadang-kadang disebut “penyiksa.” Seperti yang Yesus katakan tentang seseorang dalam salah satu perumpamaannya: “Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo [“para penyiksa,” AV], sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.” (Matius 18:34) Karena orang-orang yang dilemparkan ke dalam “lautan api” menuju “kematian kedua” tanpa ada harapan untuk dibangkitkan, dapat dikatakan bahwa mereka dipenjarakan untuk selama-lamanya dalam kematian. Mereka tetap mati seolah-olah ditawan oleh penjaga-penjaga penjara untuk selama-lamanya. Memang orang-orang yang jahat tidak disiksa secara aksara karena, seperti telah kita lihat, apabila seseorang mati ia sama sekali tidak ada. Ia tidak sadar akan apa pun.

ORANG
KAYA DAN LAZARUS

17
Maka, apa yang Yesus maksudkan ketika ia mengatakan dalam salah satu perumpamaannya: “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut [“Hades,” NW] ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”? (Lukas 16:19-31) Karena, seperti yang sudah kita lihat, Hades memaksudkan kuburan umat manusia, dan bukan tempat siksaan, jelaslah bahwa Yesus di sini menuturkan suatu perumpamaan atau cerita. Sebagai bukti selanjutnya bahwa ini bukanlah kisah yang sesungguhnya melainkan suatu perumpamaan, pertimbangkanlah: Apakah neraka itu benar-benar demikian dekatnya dari surga sehingga dapat diadakan percakapan yang sesungguhnya? Lagi pula, jika orang kaya itu berada dalam suatu lautan yang bernyala dengan api aksara, bagaimana Abraham dapat mengirim Lazarus untuk mendinginkan lidahnya dengan hanya setitik air pada ujung jarinya? Maka, apa yang diumpamakan Yesus?

18
Orang kaya dalam perumpamaan itu menggambarkan para pemimpin agama yang menganggap diri penting yang menolak dan kemudian membunuh Yesus. Lazarus menggambarkan rakyat jelata yang menerima Putra Allah. Kematian orang kaya dan Lazarus melambangkan perubahan dalam keadaan mereka. Perubahan ini terjadi ketika Yesus memberi makan secara rohani orang-orang yang dianggap remeh seperti Lazarus, sehingga mereka diperkenan oleh Allah Yehuwa, Abraham yang Lebih Besar. Pada waktu yang sama, para pemimpin agama palsu “mati” dalam hal mendapat perkenan Allah. Karena dilemparkan, mereka menderita siksaan ketika para pengikut Kristus menyingkapkan perbuatan-perbuatan mereka yang jahat. (Kisah 7:51-57) Jadi perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa beberapa orang mati disiksa dalam neraka yang berapi secara aksara.

AJARAN
YANG DIILHAMKAN OLEH IBLIS

19
Si Iblis yang mengatakan kepada Hawa: “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” (Kejadian 3:4; Wahyu 12:9) Akan tetapi, Hawa memang mati; tidak ada satu bagian pun dari dirinya yang terus hidup. Bahwa jiwa terus hidup setelah kematian adalah dusta yang dimulai oleh si Iblis. Dusta yang juga disebarkan oleh Iblis adalah bahwa jiwa orang-orang yang jahat disiksa dalam neraka atau api. Karena Alkitab jelas menunjukkan bahwa orang-orang mati tidak sadar, ajaran ini tidak mungkin benar. Sebenarnya, kata “api penyucian” maupun gagasan tentang suatu api penyucian tidak terdapat dalam Alkitab.

20
Telah kita lihat, bahwa Sheol, atau Hades, adalah tempat peristirahatan dengan suatu harapan bagi orang mati. Orang baik maupun orang jahat pergi ke sana, menantikan kebangkitan. Juga telah kita ketahui bahwa Gehenna tidak memaksudkan tempat siksaan, tetapi digunakan dalam Alkitab sebagai lambang kebinasaan kekal. Demikian pula, “lautan api” bukanlah tempat yang berapi secara aksara, tetapi melambangkan “kematian kedua.” Dari sana tidak akan ada kebangkitan. Tempat ini tidak mungkin tempat siksaan karena gagasan demikian tidak pernah muncul dalam pikiran atau hati Allah. Juga, menyiksa seseorang untuk selama-lamanya karena ia bersalah di bumi untuk beberapa tahun bertentangan dengan keadilan. Betapa baiknya mengenal kebenaran tentang orang mati! Hal ini benar-benar dapat membebaskan seseorang dari rasa takut dan takhayul.—Yohanes 8:32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar