Jumat, 15 Februari 2013

Orang kaya dan Lazarus

Orang
Kaya Dalam Hades

SEBAB Hades hanyalah kuburan umum umat manusia yang telah mati, mengapakah Alkitab me-nyebut2 seorang kaya yang mengalami siksaan dalam api Hades? Tidakkah ini memperlihatkan bahwa Hades, atau paling tidak sebagian dari Hades, memang suatu tempat api siksaan?

Dengan cepat guru2 api neraka menyebut catatan ini sebagai bukti yang jelas bahwa memang ada neraka siksaan yang tersedia bagi orang2 jahat. Tetapi, dengan berbuat demikian mereka meremehkan pernyataan Alkitab yang demikian jelas dan ber-ulang2, ”Maka jiwa yang berdosa itu juga akan mati!” (Yehezkiel 18:4, 20, Klinkert) Dan, ”Orang yang mati tak tahu apa2.” (Pengkhotbah 9:5) Sudah jelas pernyataan2 ini tidak menunjang gagasan penyiksaan atas ”jiwa2 yang mati” di api neraka.

Karena itu ajaran Alkitab tentang keadaan orang2 mati membuat banyak pendeta Susunan Kristen jadi kebingungan. Justru buku yang mereka akui sebagai dasar ajaran2 mereka, Alkitab, bertentangan dengan doktrin2 mereka. Namun, sadar sepenuhnya atau tidak, mereka merasa terpaksa pergi kepada Alkitab untuk merenggutkan sesuatu guna membuktikan pendirian mereka. Ini telah membutakan mereka maupun orang2 lain terhadap kebenaran. Seringkali ini dilakukan dengan sengaja.

Di pihak lain, pencari2 kebenaran yang jujur ingin mengetahui mana yang benar. Mereka insaf bahwa jika mereka menolak sebagian dari Firman Allah sambil mengaku mendasarkan kepercayaan mereka pada bagian2nya yang lain, berarti mereka menipu diri sendiri. Mereka ingin tahu apa sesungguhnya kata Alkitab tentang keadaan orang2 mati. Dan untuk mendapat gambaran yang lengkap, mereka ingin tahu makna dari cerita tentang orang kaya yang disiksa dalam Hades, dan apakah itu cocok dengan selebihnya dari Alkitab.

Yang bicara tentang seorang kaya dan juga seorang pengemis bernama Lazarus adalah Yesus Kristus. Ceritanya terdapat di Lukas 16:19-31 dan berbunyi,
”Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing2 datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat2 ke pangkuan Abraham.”

”Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut [Hades] ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: ’Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.’ Tetapi Abraham berkata: ’Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.’ Kata orang itu: ’Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh2, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.’ Tetapi kata Abraham: ’Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.’ Jawab orang itu: ’Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.’ Kata Abraham kepadanya: ’Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”

Perhatikanlah apa yang dikatakan tentang orang kaya itu. Mengapa dia disiksa dalam Hades? Apa yang dia perbuat? Yesus tidak mengatakan bahwa orang kaya itu hidup dengan kelakuan yang bejat, bukan? Yesus cuma mengatakan bahwa orang itu kaya, berpakaian bagus dan bersukaria dalam kemewahan. Apakah kelakuan semacam itu saja patut mendapat hukuman penyiksaan? Memang, orang kaya ini sama sekali tidak berbelas kasihan kepadanya. Tetapi apakah kelalaian tersebut sudah cukup untuk membedakan dia dari Lazarus?

Pikirkanlah apa yang Yesus katakan tentang Lazarus. Melihat catatan itu, seandainya situasi sebaliknya yang terjadi, apakah kita akan menarik kesimpulan bahwa Lazarus akan berbelas kasihan? Adakah kita baca bahwa Lazarus berbuat baik di hadapan Allah, sehingga dia sampai berada di ”pangkuan Abraham”, artinya, dalam perkenan ilahi? Yesus tidak berkata demikian. Dia cuma menggambarkan Lazarus seorang pengemis yang berpenyakitan.

Maka apakah suatu kesimpulan yang masuk akal bahwa semua pengemis yang berpenyakitan akan menerima berkat2 ilahi kalau mereka mati, sedangkan semua orang kaya akan pergi ke suatu tempat untuk menderita siksaan dalam keadaan sadar? Sama sekali tidak. Perbuatan mengemis sendiri bukan tanda dari perkenan Allah. Sebaliknya, dalam Alkitab diucapkan doa ini, ”Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.” (Amsal 30:8) Raja Daud menulis kejadian yang dia amati, ”Tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti.”—Mazmur 37:25.

Jika kita menafsirkan ucapan Yesus ini secara aksara, terpaksalah kita menarik kesimpulan2 lain lagi yang akan membuat perumpamaan itu betul2 aneh. Antara lain: Bahwa orang2 yang menikmati kebahagiaan di surga dapat melihat dan bicara kepada orang2 yang menderita siksaan di Hades. Bahwa air yang melekat pada ujung jari seseorang tidak menguap meskipun ada api di Hades. Dan, bahwa, walaupun siksaan di Hades begitu dahsyat, setitik air saja akan melegakan orang yang menderita di situ.

Maka kalau ditafsirkan secara aksara, apakah hal2 itu kedengarannya masuk akal bagi saudara? Atau, apakah saudara merasa sebaliknya, bahwa apa yang Yesus katakan tidak boleh ditafsirkan secara aksara? Masih adakah cara lain untuk memeriksanya?

”ORANG
KAYA” DAN ”LAZARUS” DIIDENTIFISIR?

Periksalah ikatan-kalimatnya. Kepada siapakah Yesus sedang berbicara? Di Lukas 16:14 dikatakan, ”Semuanya itu didengar oleh orang2 Farisi, hamba2 uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.”

Mengingat bahwa orang2 Farisi mendengar Yesus bicara, apakah dia sedang menuturkan kejadian yang sungguh2 ataukah dia sekedar menggunakan suatu perumpamaan? Berkenaan metode Yesus dalam mengajar orang2 banyak, kita membaca, ”Dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikanNya kepada mereka.” (Matius 13:34) Sebab itu, pastilah catatan tentang orang kaya dan Lazarus ini suatu perumpamaan.

Sudah terang bahwa perumpamaan ini ditujukan kepada orang2 Farisi. Sebagai suatu golongan mereka sama seperti orang kaya itu. Mereka tamak akan uang, dan juga tamak akan kedudukan serta gelar2 sanjungan. Yesus berkata mengenai mereka, ”Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.”—Matius 23:5-7.

Orang2 Farisi memandang rendah orang lain, khususnya pemungut2 pajak, perempuan2 sundal dan orang2 lain yang memiliki reputasi sebagai pedosa2. (Lukas 18:11, 12) Pada suatu kesempatan sewaktu opsir2 yang disuruh untuk menangkap Yesus pulang dengan hampa tangan sebab mereka dikesankan oleh pengajarannya, orang2 Farisi itu mengatakan, ”Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin2 yang percaya kepadaNya, atau seorang di antara orang2 Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”—Yohanes 7:47-49.

Maka, di dalam perumpamaan ini si pengemis Lazarus cocok menggambarkan rakyat jelata yang dicemoohkan oleh orang2 Farisi tetapi yang bertobat dan menjadi pengikut2 Yesus Kristus. Yesus menunjukkan bahwa setelah pedosa2 yang dicemoohkan ini bertobat mereka mendapat perkenan ilahi, sedangkan orang2 Farisi serta pemimpin2 agama lainnya yang terkemuka sebagai suatu golongan kehilangan perkenan ilahi. Dia berkata, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut2 cukai dan perempuan2 sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut2 cukai dan perempuan2 sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”—Matius 21:31, 32.

KEMATIAN
”ORANG KAYA” DAN KEMATIAN ”LAZARUS”

Kalau begitu, apa artinya kematian ”orang kaya” itu dan kematian ”Lazarus”? Kita tidak perlu menarik kesimpulan bahwa ini memaksudkan kematian yang sungguh2. Sebagaimana digunakan dalam Alkitab, kematian dapat juga menggambarkan perobahan besar dalam keadaan seseorang. Umpamanya: Orang2 yang mengejar haluan hidup yang bertentangan dengan kehendak Allah disebut ’sudah mati karena pelanggaran2 dan dosa2’. Tetapi setelah mereka mendapat perkenan Allah sebagai murid2 Yesus Kristus mereka disebut telah ”dihidupkan”. (Efesus 2:1, 5; Kolose 2:13) Pada waktu yang sama orang2 yang hidup sedemikian telah ”mati” bagi dosa. Kita membaca, ”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”—Roma 6:11.

Karena ”orang kaya” dan ”Lazarus” dalam perumpamaan Yesus ini jelas mempunyai arti kiasan, logislah bahwa kematian mereka juga mempunyai arti kiasan. Tetapi dalam hal apa mereka mati?

Kunci untuk menjawab pertanyaan ini terdapat dalam ucapan Yesus tepat sebelum memulai perumpamaan itu, ”Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah..” (Lukas 16:18) Pernyataan ini mungkin se-akan2 tidak berhubungan sama sekali dengan perumpamaan itu. Tetapi sebetulnya berhubungan.

Atas dasar hukum Musa bangsa Israil mempunyai hubungan perjanjian dengan Allah dan karena itu mereka dapat disebut sebagai isteri bagiNya. Di Yeremia 3:14, misalnya, Allah menyebut bangsa itu sebagai isteri yang tidak setia, ”’Kembalilah, hai anak2 yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan [pemilik dan suami, NW] atas kamu!’” Kemudian, dengan datangnya Yesus, diulurkan kesempatan kepada orang2 Yahudi untuk menjadi sebagian dari ”mempelai perempuan”-nya. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berkata kepada murid2nya, ”Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki2; tetapi sahabat mempelai laki2, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki2 itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”—Yohanes 3:28-30.

Untuk menjadi sebagian dari ”mempelai perempuan” Kristus, orang2 Yahudi harus dibebaskan dari Torat itu yang secara kiasan membuat merek menjadi isteri bagi Allah. Tanpa pembebasan sedemikian, mereka tidak dapat menjadi isteri bagi Kristus, karena hubungan demikian adalah zinah. Keterangan di Roma 7:1-6 meneguhkannya,
”Apakah kamu tidak tahu, saudara2,—sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum—bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki2 lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki2 lain.”
”Sebab itu, saudara2ku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. . . . Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.”

Walaupun kematian Yesus Kristus yang menjadi dasar untuk membebaskan orang2 Yahudi dari Hukum itu, sebelum kematiannya orang2 yang bertobat bisa mendapat perkenan Allah sebagai murid2 PutraNya. Berita yang dibawa dan pekerjaan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus membuka pintu bagi orang2 Yahudi untuk merebut kesempatan guna memperoleh perkenan ilahi dan agar mereka layak menerima warisan surgawi sebagai anggota2 mempelai-perempuan Kristus. Seperti diucapkan oleh Yesus sendiri, ”Sejak masa Yohanes sampai hari ini Kerajaan Sorga diserbu, dan segala penyerbu merebutnya.”—Matius 11:12, Katolik.

Karena itu, pekerjaan yang dilakukan dan berita yang dibawa oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus mulai merobah sepenuhnya keadaan ”orang kaya” maupun keadaan ”orang miskin” kiasan ini. Ke dua golongan itu mati dari keadaan mereka semula. Golongan ”Lazarus” yang bertobat mendapat perkenan ilahi, sedangkan golongan ”orang kaya” itu kehilangan perkenan ilahi karena tetap tidak mau bertobat. Tadinya, golongan ”Lazarus” mesti mengharap kepada orang2 Farisi maupun pemimpin2 agama Yudaisme lainnya untuk mendapat ”remah2 roti” rohani. Tetapi kebenaran yang disampaikan oleh Yesus kepada mereka telah memenuhi kebutuhan rohani mereka. Seraya mempertentangkan pemberian makanan rohani yang disediakan oleh Yesus, dengan apa yang diberikan oleh pemimpin2 agama tersebut, Alkitab melaporkan, ”Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli2 Taurat mereka.” (Matius 7:28, 29) Sesungguhnya keadaan sudah terbalik sama sekali. Telah disingkapkan bahwa pemimpin2 agama Yudaisme tak dapat menawarkan apapun juga kepada golongan ”Lazarus”.

Pada hari Pentakosta tahun 33 P.U. perobahan ini menjadi lengkap. Pada waktu itu perjanjian baru menggantikan perjanjian Hukum yang lama. Mereka yang telah bertobat dan menerima Yesus dibebaskan sepenuhnya dari perjanjian Hukum yang lama pada waktu itu. Mereka mati terhadap perjanjian itu. Pada hari Pentakosta itu terdapat bukti yang jelas bahwa murid2 Yesus Kristus telah ditinggikan jauh di atas orang2 Farisi maupun pemimpin2 agama terkemuka lainnya. Yang menerima roh Allah bukan pemimpin2 agama Yudaisme melainkan murid2 ini. Ini memungkinkan mereka mengucapkan ”perbuatan2 besar yang dilakukan Allah” dalam bahasa ibu orang2 yang ter-pencar2 di berbagai tempat. (Kisah 2:5-11) Alangkah menakjubkan hal ini, manifestasi dari berkat2 dan perkenan Allah atas mereka! Golongan ”Lazarus” betul2 telah diperkenan dengan menjadi benih rohani dari Abraham yang Lebih Besar, Yehuwa. Ini digambarkan sebagai ”pangkuan”.—Bandingkan Yohanes 1:18.

Adapun orang2 Farisi dan pemimpin2 agama yang terkemuka lainnya, mereka mati dari kedudukan mereka semula yang se-olah2 diperkenan. Mereka berada dalam ”Hades”. Karena tetap tidak bertobat, mereka dipisahkan dari murid2 Yesus yang setia se-olah2 dengan suatu ”jurang yang tak terseberangi”. ”Jurang” ini mengartikan penghukuman Allah yang adil dan tak dapat dirobah. Berkenaan hal ini, kita membaca dalam Alkitab, ”HukumMu bagaikan samudera raya yang hebat.”—Mazmur 36:6.

SIKSAAN
YANG DIDERITA OLEH ”ORANG KAYA”

Golongan ”orang kaya” itu juga disiksa. Bagaimana caranya? Dengan berita2 penghukuman Allah yang ber-nyala2 yang diumumkan oleh murid2 Yesus.—Bandingkan Wahyu 14:10.

Bahwa pemimpin2 agama itu memang disiksa oleh berita yang diumumkan oleh murid2 Yesus tak perlu diragukan lagi. Mereka berusaha mati2an untuk menghentikan pengumuman itu. Sewaktu rasul2 Yesus Kristus membuat pembelaan mereka di hadapan mahkamah agung Yahudi yang terdiri dari alim ulama terkemuka, hakim2 ini merasa ”sangatlah tertusuk hati . . . dan mereka bermaksud membunuh rasul2 itu”. (Kisah 5:33) Belakangan pembelaan yang dibuat oleh Stefanus terasa menyiksa atas diri anggota2 mahkamah itu. ”Sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.”—Kisah 7:54.

Pemimpin2 agama ini ingin agar murid2 Yesus datang dan ’menyejukkan lidah mereka’. Mereka ingin agar golongan ”Lazarus” meninggalkan ”pangkuan” perkenan Allah dan agar mempersembahkan beritaNya demikian rupa sehingga tidak sampai menyakiti mereka. Juga mereka ingin supaya golongan ”Lazarus” mengencerkan berita Allah agar ke ”lima orang saudara” mereka, sekutu2 agama mereka, tidak sampai masuk ke dalam ”tempat penderitaan” itu. Ya, mereka tidak mau siapapun dari antara rekan2 mereka disiksa oleh berita penghukuman itu.

Tetapi, sebagaimana diperlihatkan oleh ilustrasi Yesus ini, baik golongan ”orang kaya” itu maupun sekutu2 agamanya tak akan luput dari siksaan berita yang diumumkan oleh golongan ”Lazarus”. Rasul2 Tuhan Yesus Kristus menolak untuk mengencerkan berita itu. Mereka tidak mau berhenti mengajar atas dasar nama Yesus. Inilah jawaban mereka kepada mahkamah agung Yahudi itu, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”—Kisah 5:29.

Jika sekutu2 agama dari ”orang kaya” tersebut ingin luput dari siksaan itu, memang bisa. Pada mereka ada ”kesaksian Musa dan para nabi”, artinya, mereka memiliki Alkitab terilham yang ditulis oleh Musa dan nabi2 purbakala. Tak sekalipun Kitab2 terilham ini menyebut sesuatu tempat siksaan aksara setelah kematian, tetapi kitab2 itu memang itu memang memuat segala sesuatu yang perlu untuk mengenal Yesus sebagai Mesias (Almasih) atau Kristus yang dijanjikan itu. (Ulangan 18:15, 18, 19; 1 Petrus 1:10, 11) Maka, seandainya golongan ”orang kaya” itu serta ke ”lima orang saudara”-nya telah menaruh perhatian kepada ”kesaksian Musa dan para nabi”, tentu mereka akan menerima Yesus sebagai Mesias. Dengan demikian mereka akan layak menerima perkenan ilahi dan akan terlindung dari siksaan berita penghukuman dari Allah.

SUSUNAN
KRISTEN SEPATUTNYA MENGETAHUINYA

Sedikit saja alasan bagi pendeta2 Susunan Kristen untuk tidak mengerti perumpamaan Yesus ini. The Interpreter’s Bible, sebuah buku tafsir yang terkemuka dari Protestan menarik perhatian kepada suatu penjelasan yang serupa. Dinyatakannya bahwa banyak penafsir2 mempercayai kata2 Yesus ini sebagai suatu ”penjelasan tambahan secara kiasan yang membayangkan konflik antara Kekristenan yang mula2 dengan Yudaisme ortodoks. Orang kaya itu dan saudara2nya menggambarkan orang2 Yahudi yang tidak percaya. Di situ Yesus menyatakan bahwa mereka dengan keras kepala tidak mau bertobat walaupun sudah jelas kesaksian tentang dirinya di dalam Alkitab dan dia meramalkan bahwa mereka tidak akan mau terkesan karena kebangkitannya. Dapat difahami bahwa Lukas dan para pembacanya mengenakan suatu tafsiran semacam itu atas ayat ini.” Dan, dalam catatan-kaki mengenai Lukas pasal 16, Jerusalem Bible dari Katolik mengakui bahwa ini memang suatu ”perumpamaan berupa cerita yang tidak ada sangkut-pautnya dengan seorang tokoh yang pernah hidup dalam sejarah”.

Mengingat hal ini, kita dapat menanyakan: Tidakkah patut kalau pendeta2 Susunan Kristen se-dikit2nya mengumumkan kepada kaum awam bahwa ini sebenarnya suatu perumpamaan? Mereka tahu bahwa Alkitab tidak mengajarkan kekekalan jiwa manusia. Tapi mengapa mereka masih menafsirkan perumpamaan secara aksara? Ini tidak jujur, bukan? Bukankah ini berarti bahwa mereka meremehkan Firman Allah, dengan sengaja menyembunyikan fakta2?

Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus ini memuat pelajaran2 yang sangat penting bagi kita dewasa ini. Apakah kita memberikan perhatian kepada Firman Allah yang terilham? Sebagai murid2 Yesus Kristus yang berbakti inginkah kita mentaatinya? Mereka yang tidak mau berbuat demikian, sama seperti orang2 Farisi Yahudi itu, tak akan luput dari siksaan berita penghukuman Allah atas mereka. Hamba2nya yang loyal akan terus mengumumkan kebenaran, tanpa gentar menyingkapkan kekeliruan agama.

Di pihak mana saudara dalam hal ini? Setujukah saudara bahwa hal ini hendaknya jangan terlalu disingkapkan, karena merasa bahwa dalam semua agama terdapat kebaikan? Atau apakah saudara marah melihat Susunan Kristen yang menyalah-gambarkan Allah melalui doktrin2 palsunya tentang orang2 mati? Inginkah saudara melihat nama Allah disucikan dari celaan yang didatangkan atasnya oleh doktrin2 palsu ini? Inginkah saudara kalau segala daya upaya dibuat untuk membebaskan orang2 berhati jujur dari kepalsuan2 agama yang memperbudak mereka? Jika memang saudara ingin, maka maksud-tujuan Allah berkenaan orang2 mati dan orang2 yang masih hidup akan membuat saudara merasa sangat terhibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar