Minggu, 10 Februari 2013

Apakah Alkitab Firman Allah?

 

”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, agar abdi Allah menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik.”2 TIMOTIUS 3:16, 17.
PERNYATAAN rasul Paulus di atas sungguh menonjolkan unggulnya nilai Alkitab! Tentu saja, yang ia maksud khususnya adalah bagian Alkitab yang tersedia pada zamannya—yang kadang-kadang disebut Perjanjian Lama. Namun pada prinsipnya, kata-katanya juga berlaku untuk ke-66 buku Alkitab, termasuk tulisan murid-murid Yesus yang setia pada abad pertama M.
Apakah Anda menghargai Alkitab sebagaimana halnya Paulus? Apakah menurut Anda para penulis Alkitab benar-benar diilhami Allah? Orang Kristen abad pertama memercayainya. Kepercayaan itu tidak pernah goyah selama abad-abad berikutnya. Sebagai contoh, klerus abad ke-14 bernama John Wycliffe dari Inggris menganggap Alkitab sebagai ”patokan kebenaran yang andal”. The New Bible Dictionary,ketika mengomentari kutipan kata-kata Paulus di atas, menyatakan bahwa ”ilham [dari Allah], kalau begitu, menjamin kebenaran dari semua pernyataan Alkitab”.

Perubahan Sikap terhadap Alkitab

Akan tetapi, belakangan ini kepercayaan pada wewenang Alkitab telah memudar. ”Secara teoretis,” kata buku The World’s Religions, ”semua orang Kristen [masih] menerima Alkitab sebagai pedoman, untuk membimbing tindakan mereka maupun membentuk kepercayaan mereka.” Namun pada prakteknya, tidak demikian halnya. Bagi banyak orang, Alkitab kini tak lebih dari  ”tradisi manusia yang tak bisa diandalkan”. Meskipun mengakui bahwa para penulis Alkitab adalah orang-orang yang sangat beriman, mereka menganggap para penulis itu hanyalah manusia yang tidak sempurna yang berupaya menjelaskan kebenaran rohani yang dalam tetapi tidak mempunyai pengetahuan dan pencerahan sebanyak yang kita miliki sekarang.
Pada kenyataannya, sangat sedikit orang dewasa ini yang benar-benar menggunakan Alkitab sebagai pembimbing pikiran dan tindakan mereka. Misalnya, seberapa sering Anda mendengar orang-orang mengatakan bahwa standar moral Alkitab sudah ketinggalan zaman dan tidak praktis lagi? Banyak orang dengan sesukanya mengencerkan hukum dan prinsip Alkitab—atau bahkan mengabaikannya sama sekali jika tampaknya menguntungkan bagi mereka. Beberapa orang yang mengaku Kristen terang-terangan mengabaikan apa yang Alkitab katakan tentang percabulan, perzinaan, ketidakjujuran, dan kemabukan.1 Korintus 6:9, 10.
Mengapa demikian? Di awal abad ke-20, arkeolog Sir Charles Marston, dalam bukunya The Bible Is True, menyebutkan salah satu alasannya. Ia mengatakan bahwa orang-orang terlalu cepat ”menerima mentah-mentah banyak spekulasi para penulis modern” yang menyerang integritas, atau kebenaran, Alkitab. Itukah yang juga terjadi dewasa ini? Bagaimana hendaknya Anda memandang pendapat dan teori para pakar yang merongrong kepercayaan akan Alkitab? Perhatikanlah apa yang dikatakan artikel berikut tentang hal ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar